Bab 2
Bulan besar menggantung di langit tak berawan, hutan di bawahnya dinaungi warna hijau biru oleh cahaya bulan.
Malam ALfheim sangat singkat, namun masih ada waktu sebelum subuh. Normalnya, hutan gelap semacam itu akan menjadi penyebab kecemasan, namun itu adalah kegelapan yang sama yang membuat mundur menjadi mustahil.
Lyfa, tersembunyi di bayangan pohon raksasa, mengangkat kepalanya untuk menatap langit berbintang. Untuk sesaat, nampaknya tak ada hawa kehadiran membahayakan di langit. Merendahkan suaranya sebisa mungkin, dia berbicara pada rekan tim di dekatnya, “Kalau sayapmu sudah pulih, kita akan segera lepas landas. Persiapkan dirimu.”
“Ah – tapi aku masih pusing.”
Partnernya menjawab dengan nada ogah ogahan.
“Kamu masih merasa mabuk? Tidakkah kamu merasa malu? Kamu harusnya sudah terbiasa dengan itu.”
“Biarpun kamu bicara begitu, hal seram tetap saja seram.......”
Lyfa mendesah dengan frustasi.
Bersandar di samping pohon adalah pemain remaja bernama Recon, juga teman Lyfa di dunia nyata. Mereka telah mulai bermain ALO – ALfheim Online – bersama. Dengan kata lain, dia dan Lyfa sudah memainkan Game ini hampir sekitar satu tahun. Namun, tak peduli berapapun waktu berlalu, Recon masih tak bisa mengalahkan perasaan vertigo saat terbang. Dalam ALO, kekuatan dalam pertempuran udara adalah satu satunya tindakan yang penting, namun setelah hanya satu atau dua pertarungan, dia akan merasa lelah. Hal ini membuatnya nampak sulit diandalkan.
Biarpun Recon seperti ini, Lyfa tak membenci bagian itu darinya. Lebih tepatnya, dia hanya tak bisa mengabaikan “adik laki laki”nya ini. Penampilannya sering menampakkan tubuh rapuh dengan rambut kuning-hijau bob, telinga panjang yang menggantung ke arah tanah, dan ekspresi yang membuat kalian berpikir kalau dia hampir menangis. Meski itu dibuat dengan sembarangan, penampilannya dalam Game sangat mirip dengan di dunia nyata. Saat Lyfa pertamakali melihatnya dalam Game, dia hanya bisa tergelak tawa.
Bagi Recon juga, Lyfa juga sangat mirip dengan penampilan aslinya. Sebagai Sylph, dia memiliki postur bagus, alis agak tebal, sepasang mata indah, dan tubuh bertulang sedikit besar untuk anggota rasnya.
Pada dasarnya dia menginginkan karakter yang nampak lebih «Anggun». Penampilannya saat ini bukan hanya untuk memenuhi keinginan itu, namun juga karena ia anggap sangat imut. Namun, dia bisa dianggap beruntung. Banyak orang tak seberuntung itu, dan demi memuaskan penampilan mereka, mereka harus membayar biaya tambahan untuk merekonstruksi karakter mereka. Dibandingkan orang orang ini, Lyfa jelas tak perlu memprotes apa apa.
Pembayaran tambahan sama sekali tak mempengaruhi penampilan karakter, namun Recon telah bermain dengan matanya sampai mereka mencocokkan rasa estetisnya; dia pikir keseimbangan mereka cukup payah.
Lyfa memegang peralatan Blest Armor dari punggung Recon dan menariknya. Melihat pada empat sayap transparan yang dikelilingi oleh fosforensi kehijauan, mengindikasikan kalau dia bisa terbang lagi.
“Tuh, kamu bisa terbang lagi. Ini waktunya terbang keluar dari hutan ini.”
“Eh – nanti kita bisa dikejar kejar lagi. mari istirahat sejenak. Istirahat—“
“Naif!! Hanya ada satu Salamander diluar sana yang tangguh. Kalau kita hati hati, maka kita tak akan kelihatan. Tak ada dari kita yang bisa menghindari pertarungan udara, jadi jangan takut dan terbanglah!”
“Ohh.....”
Recon menjawab dengan ogah ogahan, mengarahkan tangan kirinya ke udara. Joystick transparan – remote control yang digunakan untuk terbang – muncul di tangannya. Bagian akhir depannya terdapat bola kecil; ini adalah panduan terbang untuk controller ALO. Saat Recon menarik controller ke arah dirinya, empat sayap membentang dari punggungnya. Bersinar semakin cerah seiring mereka memanjang.
Setelah melihat ini, Lyfa mulai membentangkan sayapnya sendiri, mengepakkannya dua atau tiga kali. Dia tak memakai control stick. Ini adalah skill level tinggi bernama «Voluntary Flight», bukti bahwa pemain itu adalah prajurit kelas satu dalam ALO.
“Mari segera keluar dari sini!” Lyfa berbisik.
Usai sayapnya membentang sampai maksimum, ia menendang tanah, melaju ke arah bulan. Bidang pandangnya perlahan meluas sampai dia melihat seluruh ALfheim terbentang di hadapannya, menawarkan rasa kebebasan tiada batas.
“Ah.....”
Terbang ke arah yang tinggi, Lyfa berteriak kegirangan. Yang ia rasakan saat ini sangat tiada duanya. Dia mengeluarkan sorak sorai. Sejak zaman kuno, manusia sudah memiliki hasrat untuk terbang seperti burung. Hal ini akhirnya menjadi kenyataan di dunia fantasy.
Set batas waktu penerbangan oleh sistem adalah satu satunya hal yang mengganggu pengalaman ini. Untuk bisa terbang sepenuh hati akan memerlukan biaya tambahan.
Pada dasarnya, ini adalah harapan semua pemain yang bertarung dalam ALfheim; Untuk mencapai puncak «Yggdrasil» sebelum orang lain dan memasuki kota aerial legendaris. Disana, seseorang akan bertransformasi menjadi peri sejati, «ALF», meningkatkan batas waktu penerbangan, dan menjadi penguasa dari langit tanpa batas.
Lyfa tak punya keinginan untuk meraih item langka atau menaikkan statusnya. Alasan dia bertarung di dunia ini hanya karena satu hal.
Lyfa menuju ke arah bulan emas penuh yang belum tenggelam, memakai sayap seperti kacanya. Partikel cahaya terpecah pecah di belakangnya seperti komet yang menyeret ekor hijau sepanjang langit malam.
“Ly, Lyfa-chaaaaan – tunggu aku—“
--Suara lemah dari bawah memanggil Lyfa kembali ke realita. Dia berhenti dan melihat ke bawah; memegang controllernya, Recon mati matian berusaha mengejarnya. Kecepatan terbang maksimumnya sangat rendah dibandingkan saat memakai panduan sistem, dan kalau Lyfa serius, Recon tak akan bisa mengejarnya.
“Lekas naik! Berjuanglah!”
Lyfa membentangkan sayapnya dan melayang layang sambil menunggu Recon. Mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya, pada jarak jauh, di batas akhir lautan pepohonan, dia melihat Yggdrasil, yang menjulang di tengah kegelapan. Dari poin ini, bahkan wilayah teritori Sylph kurang lebih bisa ditentukan.
Saat Recon berhasil mencapai tinggi yang sama dengannya, Lyfa menyesuaikan kecepatannya sambil mereka terbang bersama.
Recon terbang di sisinya, menunjukkan ekspresi tidak nyaman dan berbicara, “Tinggi, entah kenapa terlalu tinggi, kan?”
“Kamu nggak menganggap terbang tinggi itu menyenangkan? Kalau sayapmu lelah, kita selalu bisa meluncur.”
“Waktu kedua dia mencoba terbang, kepribadiannya berubah......”
“Apa kamu bilang?”
“Bu-bukan. Bukan apa apa!”
Recon dengan cepat menutup mulutnya seiring mereka menuju ke area barat daya dari Alfheim, yakni, wilayah Sylph.
Pada awal hari ini, Lyfa telah membentuk party dengan empat rekan yang bisa diandalkan, dan berpikiran sama dan bepergian ke area dungeon di wilayah netral timur laut. Beruntungnya, mereka mampu berburu tanpa menemui tim tim lain, jadi panen mereka sangat melimpah, dan mereka mendapatkan uang dan item sangat banyak. Setelah bersiap kembali ke wilayah Sylph, mereka dikejar oleh kelompok delapan Salamander.
Ada pertarungan diantara ras berbeda dalam ALO, namun sangat tak biasa untuk menjumpai kawanan bandit yang menyerbu bersama dan merampok pemain lain. Penyerbuan hari ini terasa aneh, apalagi saat ini adalah siang akhir pekan di dunia nyata. Kami tak menduga akan diserang, khususnya dalam jumlah besar seperti itu.......kami sungguh ceroboh.
Sambil terbang, mereka sudah terlibat dua kali dalam pertarungan tim di udara «AIR RAID», dimana kedua pihak kehilangan tiga anggota mereka. Mereka akan memulai dengan jumlah orang lebih sedikit, dan sekarang hanya Lyfa dan Recon yang tersisa. Mengambil keuntungan pada fakta kalau kecepatan terbang Sylph jauh melebih Salamander, mereka berhasil lolos dari serbuan, dan berhasil menuju ke wilayah Sylph. Namun, karena pengalaman vertigo sepanjang dua pertarungan berturut turut, Recon menjadi sangat mabuk dan mereka belum mampu mencapai wilayah Sylph. Justru, mereka harus bersembunyi di hutan untuk memberi waktu agar Recon bisa pulih. Tepat saat Lyfa kehilangan semua rasa ketegangan, dan menoleh ke arah hutan di belakangnya—
Dari bagian bawah dari sisi tumbuhnya pepohonan hijau gelap, setitik cahaya oranye berkilau.
“Recon, mengelak!” Lyfa berteriak, dengan cepat mengayun ke kiri. Tak lama kemudian, dari tanah, tiga garis api menembak ke atas, melewati celah yang tersisa oleh dedaunan pohon.
Beruntungnya, mereka terbang jauh lebih tinggi, dan jejak panjang tembakan api berhenti tak jauh dari mereka, dan lenyap ke langit malam.
Tak ada waktu untuk menghargai betapa nyarisnya situasi mereka. Serangan sihir yang diluncurkan barusan dari dalam pepohonan akan menangkap perhatian para pengejar lain, dan lima bayangan merah dan hitam dengan cepat mendekat.
“Sial, keras kepala sekali!”
Lyfa menggerutu dan melihat ke arah barat daya. Dia masih belum menangkap sosok cahaya Tower of Wind, yang berdiri di tengah daratan Sylph.
“Kita tak mungkin lolos! Bersiaplah untuk bertarung!” Lyfa memanggil, sambil menarik pedang panjang melengkung dari pinggangnya.
“Uwah, jangan.”
Recon berteriak sambil mengeluarkan pisaunya dan memposisikan dirinya.
“Ada lima musuh. Tak mungkin kita bisa menang, tapi mana bisa aku menyerah semudah itu! kalau aku bisa mengeluarkan semua perhentian, aku setidaknya bisa membawa satu denganku.”
“Itu mungkin cara yang benar untuk melihatnya.”
“Kebetulan, aku juga ingin kamu melihat sisi baikku.”
Recon sedikit menggerakkan bahunya. Wajah Lyfa menegang, dan dia memasang postur menyelam. Mempererat tubuhnya, dia berputar sekali sebelum menembak ke bawah, sayapnya menekuk dalam sudut tajam. Bagi para Salamander, dalam formasi V, gerakan ini nampak tidak direncanakan.
Bahkan diantara para veteran pemain ALO, yang online sejak awal, Lyfa yang berpengalaman dan beperlengkapan baik baru menderita kekalahan karena dua alasan: kalah jumlah dan formasi Salamander belakangan ini yang merepotkan.
Mengorbankan mobilitas, mereka memakai armor dan tombak berat dan mengambil keuntungan dari berat ekstra untuk menampilkan serangan menikam yang kuat. Menghadapi serbuan begitu banyak tombak tak ubahnya menatap gelombang ganas. Keuntungan Sylph adalah bobot mereka yang ringan, dan pergerakan yang lincah, namun bagi mereka untuk bertarung dalam pertarungan bertubi tubi adalah hal yang sulit.
Namun Lyfa, yang sudah melawan musuh semacam ini dua kali hari ini, sedikit memahami kekurangan dari gaya mereka. Dengan keberanian yang muncul karena keputusasaan, Lyfa menyelam tanpa takut pada vanguard dari kelompok musuh. Dia menutup jarak dalam waktu singkat, namun semua perhatiannya terfokus pada ujung silet tajam dari tombak perak yang musuhnya gunakan untuk menyerangnya.
Terjangan Sylph menimbulkan lengkingan bernada tinggi bahkan gesekannya membuat pergerakan dari cengkeraman senjata Salamander mengendur. Momen keduanya bersilang, udara meletup dalam auman membahana.
Lyfa menggertakkan giginya, dan dengan sedikit pergerakan di kepalanya, mengelak dari ujung tombak. Dia mengabaikan panas hebat dimana tombak menggores pipinya, dan menyerbu maju, menyerang si helm merah darah dengan pedangnya.
“YAAA!”
Tikaman lurus ke depan.
“Aaaaah!”
Diserang secara mengejutkan, mata musuhnya terbuka lebar dengan kebingungan sebelum lenyap dibalik ledakan cahaya hijau kuning yang diciptakan sebagai special effect. Ganasnya serangan menyebabkan armor berat dari lawannya bergetar kuat.
Tak mampu menahan serangan, musuh dengan cepat terlempar ke arah tanah, dan usai hantaman, ia menerima luka tambahan karena bobot armornya, berdampak pada HPnya menurun sekitar 30%. Bukan serangan fatal, namun karena serangan kuat ke kepalanya, mustahil baginya untuk mengatur ulang formasi. Lyfa segera mengganti target, dengan hati berteriak dalam pengharapan.
--Disini!
Dengan taktik serbuan berat yang dipakai musuh, kelemahan mereka adalah formasi mereka yang rusak memerlukan waktu untuk diatur kembali. Ketika keempat Salamander yang tersisa tak yakin harus berbuat apa, Lyfa membentangkan sayapnya sejauh mungkin dan dengan paksa melaju pergi.
Ini membuat tubuhnya mengerang kesakitan karena gerakan dipaksakan dan gesekan berlebih. Lyfa menahan sakitnya. Demi berputar secepat mungkin, dia mengayunkan sayap kanannya dengan kuat sambil mengerem dengan sayap kirinya. Memakai tindakan absurd semacam itu membawa musuh berikutnya ke garis pandangannya.
Salamander targetnya, meski menyadari niatnya, tak mungkin bisa berharap untuk menandingi gerakan itu. Gilirannya selesai, pedang Lyfa menyerbu Salamander.
Musuh di sisi kiri menerima serangan dengan sempurna, dan semakin merusak formasi mereka.
--Kalau ini terus berlanjut, kami bisa melakukannya!
Dari kelima musuh, hanya si pemimpin, yang diluncurkan beberapa saat lalu, yang mampu memakai “Voluntary Flight”, sisanya hanya bisa memakai controller penerbangan biasa. Karena Lyfa menggunakan “Voluntary Flight”, kelincahan geraknya sangat melampaui Salamander sepanjang pertarungan jarak-dekat.
Pada poin ini ia mencoba mencari Recon, yang tengah bertarung dengan Salamander di sisi kanan. Meski penampilannya tak bisa diandalkan, dia juga pemain veteran. Dalam duel jarak dekat, keahliannya dalam memakai pisau tidaklah bisa diremehkan.
Lyfa, dengan pedang panjang di tangannya, membawa kembali perhatiannya pada musuh yang ia incar, dan terus melancarkan serangan bertubi tubi. Ini mungkin akan bekerja, pikirnya. Satu satunya elemen yang membuatnya cemas adalah serangan sihir sebelumnya. Sihir api artinya dari mereka berlima, setidaknya satu dari para Salamander adalah Mage.
Kemungkinan itu ada karena dari kelima makhluk berlapis logam ini semuanya memiliki kemampuan sihir, mungkin saja, mereka adalah pendekar pedang sihir. Biarpun level sihir mereka rendah, kekuatannya masih cukup ganas.
Demi mempertahankan efektifitas formasi, mage biasanya diatur di sisi kanan atau kiri, pikir Lyfa. Dengan kata lain, orang yang harus dia kalahkan saat ini adalah lawan rapuh yang sedang berduel dengan Recon. Pada jarak ini, dia tak mungkin bisa memiliki waktu yang tepat untuk merapal mantra. Jadi, asal kita bisa menghabisi kedua orang ini saja, sisanya bisa dengan mudah dikalahkan dalam 5 menit.
“Yaaaa!”
Lyfa sekali lagi menghunuskan serangan dua tangan yang dia sangat banggakan. Dengan indah melukai bahu lawannya, HP-nya yang sudah merah bahkan semakin menurun.
“Sial!”
Musuhnya meneriakkan kutukan biarpun tubuhnya terselimuti dalam api merah. Diikuti oleh suara terbakar, tubuhnya berubah menjadi abu sebelum menyebar ke empat mata angin, hanya menyisakan api merah kecil. Api ini disebut «Remain Light», setelah ia menghilang, mantra dan item kebangkitan bisa digunakan. Namun, setelah satu menit dalam kondisi ini, pemain akan secara otomatis kembali ke kampung halaman dari ras mereka dan dihidupkan kembali.
Lyfa mengguncang pikiran ini dan berfokus pada musuh selanjutnya. Tiga yang tersisa memiliki pergerakan sedikit tumpul. Mereka nampaknya kurang berpengalaman dalam memakai tombak, dan sangat lamban dalam pertarungan jarak dekat. Mengawasi mereka terus melancarkan serangan payah dan amat lamban, Lyfa, yang bisa melihat semua itu, merasa kalau usaha mereka sia sia.
Perhatiannya kembali ditarik ke sisi lain, Recon juga hampir menang. HP-nya sudah cukup berkurang, namun tak sampai memerlukan mantra pemulihan. Kalau terus begini, bahkan dengan ketidakseimbangan kekuatan lima vs dua, mereka masih bisa menang. Dengan ini di pikirannya, Lyfa sekali lagi mengangkat pedangnya.
Namun, pada momen berikutnya hembusan api nampak menyelimuti Recon.
“Oaaaaaaa!”
Recon berteriak dalam kepiluan sambil ia membeku di tengah udara.
“Bodoh, jangan berhenti, terus bergerak!”
Kalimat ini bahkan tak mencapai Recon sebelum dia ditembus oleh tombak Salamander yang sudah sekarat di dekatnya.
“Maaaaaaaaaaaaf!”
Dengan suara permintaan maaf terakhir, tubuh Recon terselimuti oleh pusaran angin hijau. Efek ini disebut «End Frame», dan hanya muncul saat kematian. Melebur, tubuh Recon lenyap, dan seperti Salamander yang tadi, hanya menyisakan Remain Light.
Bagi Lyfa, sangat tak menyenangkan untuk melihat Remain Light dari rekan rekannya yang jatuh, biarpun dia tahu kalau itu akan segera lenyap saat mereka dihidupkan lagi. Dia menggigit bibirnya, mengetahui kalau sentimen itu adalah kemewahan yang tak bisa ia harapkan. Demi menghindari hembusan api yang datang dari bawah, ia mati matian bergulung ke sisi.
.....Sial, si Mage ternyata adalah orang pada saat awal itu!
Kalau aku menyadari itu lebih cepat, aku akan segera mengejarnya dan menghabisinya. Namun menyesal juga tak ada gunanya. Situasi saat ini sangat tak menguntungkan baginya.
Namun, dia tak menyerah. Sampai akhir, bahkan oleh ketidak untungan ekstrim, ia akan terus mencari cara untuk membalik situasi. Inilah kepercayaan yang ia telah tanamkan selama bertahun tahun dan yang menjadi semakin kuat karena ia mengambil peran sebagai pendekar pedang.
Dengan serbuan api datang dari Salamander di tanah, dua lainnya di udara segera mengambil posisi dan memulai serangan tikaman berkecepatan tinggi.
“Sini!” Lyfa berteriak, mengangkat pedangnya tanda menantang.
“Uaaagh!”
Setelah merasa jatuh tanpa akhir, diiringi oleh teriakan menyedihkanku, aku mendapati diriku di suatu tempat tak bernama. Sebuah erangan kesakitan muncul saat aku mendarat di wajahku bukannya di kakiku. Mempertahankan posisi itu selama beberapa detik, wajahku terkubur dalam humus, aku perlahan mengangkat diriku.
Jatuh bebas saat ini sudah berakhir, hatiku menjadi agak rileks, dan aku berbaring di tanah sambil melihat lihat sekelilingku.
Saat ini malam hari. Aku mendapati diriku di hutan lebat entah dimana.
Hutan ini tersusun dari pepohonan raksasa yang mungkin sudah ratusan tahun, semua menjulang ke arah langit sejauh yang aku bisa lihat. Namun, dedaunannya terlalu padat sampai aku tak bisa melihat langit. Sebuah bulan purnama menggantung di langit hitam berbintang, memancarkan kemilau keemasan.
Disekitarku, dengungan serangga dan burung nokturnal bernyanyi. Dari jarak jauh, aku mendengar auman hewan buas. Aroma tumbuhan menggelitik hidungku. Hembusan angin dengan lembut membelai kulitku. Teror menyerangku saat inderaku menyadari dunia di sekitarku. Dunia ini nampak lebih nyata dari dunia nyata – itulah perasaanku tentang dunia ilusi ini.
Aku terus merasa skeptis saat Egil berkata bahwa «ALO» sebanding dengan SAO dari segi ketepatan tinggi model dan strukturnya, namun nampaknya itu benar sekali. Disamping fakta kalau waktu pengembangan tak mencapai satu tahun, jumlah informasi lebih besar yang mengalir sepanjang sistem sarafku dan Game sama persis dengan di SAO.
“A....akhirnya, aku masih kembali juga......”
Aku menutup mataku. Dalam dua bulan sejak dibebaskan dari dunia itu, aku telah menyerah untuk kembali ke dunia «VR WORLD», namun aku berada disini sekali lagi. Ah.....aku sama sekali tak pernah belajar, kan? pemikiran ini melintas dalam benakku, dan aku hanya bisa tertawa.
Namun, dunia ini sedikit berbeda. Misalnya, meski HP mencapai nol, aku takkan mati di dunia nyata, dan aku bebas untuk bepergian kapanpun dan dari tempat manapun. Sambil aku memikirkan ini, ada sesuatu yang menarik perhatianku.
Ada apa dengan abnormalitas dalam gambaran dan relokasi misterius itu.......apa yang sebenarnya baru terjadi? Kenapa aku malah dibawa ke tempat ini? Aku seharusnya berada di kota start di Spriggan, setidaknya itulah menurut tutorial.
“Hei, nggak mungkin.......jangan jangan.......”
Wajahku mulai pucat pasi, aku dengan cepat mengangkat tangan kananku yang gemetar, dengan jari tengah dan telunjuk bersamaan. Tak ada yang terjadi. Keringat dingin menetes padaku dan aku lekas mencoba beberapa kali sebelum mengingat apa yang tutorial baru katakan, kalau ada controller penerbangan sama sama dikendalikan dengan tangan kiri.
Aku mengulurkan tangan kiriku dan mengulangi tindakan itu. kali ini, saat aku mengibaskan jariku, efek suara dan letupan cahaya terjadi, kemudian jendela menu transparan terbuka. Desainnya hampir sama dengan SAO. Menu itu memiliki banyak tombol yang dibariskan sisi demi sisi sepanjang sudut kanan.
“Ini, ini dia.”
Di bagian bawah menu terdapat tombol «LOG OUT» yang berkilau. Aku mencoba memencetnya. Sebuah pesan peringatan muncul untuk mengkonfirmasi, disertai tombol «YES» dan «NO».
Aku menghembuskan desah kelegaan. Mengangkat tubuhku dengan satu lengan, aku duduk.
Melihat ke sekitarku lagi, aku sepertinya berada di tengah tengah hutan rimba. Disekelilingku adalah gerombolan pepohonan yang menjulang tanpa akhir ke semua arah, begitu jauh sampai aku bahkan tak bisa melihat cahaya bintang di atas sana. Aku tak tahu kenapa aku jatuh disini. Oke, mari lihat peta dunia dulu, pikirku. Aku melihat kembali ke jendela menu. Menunjuk dengan jariku, apa yang ditampilkan disana membuatku membeku.
“Apaaaaa......!?”
Aku tak bisa menahan diri untuk tak berteriak.
Di bagian atas jendela, nickname-ku juga ditampilkan: Kirito. Dan rasku: Spriggan. Dibawah semua itu adalah Hit Points dan Mana Points-ku, yang terbaca 400 dan 80, nilai dasar. Sejauh ini tak ada masalah.
Yang mengejutkanku adalah skill yang sudah dipelajari pada kolom berikutnya. Aku tak ingat memilih skill apa apa, jadi tentu saja yang kumiliki seharusnya adalah kolom kosong. Namun, ada setidaknya delapan skill yang berderet. Mungkin ini adalah skill dasar bagi Spriggan, namun bukankah ini terlalu banyak? Sulit mempercayai mataku, aku menyentuh skill bar dengan jariku untuk lebih banyak rincian.
Dalam jendela skill, aku melihat beberapa skill sisi demi sisi. Skill ini diantaranya : «1-H Swords», «Unarmed skills», dan «Parry», skill bertarung, serta «Memancing», skill pendukung, namun nilai kepandaiannya sangat abnormal. Sebagian besar mencapai 900, dan beberapa bahkan mencapai 1000 dan disertai Tag yang menegaskan «MASTERY». Biasanya di dalam MMORPG skill semacam ini memerlukan waktu panjang untuk penyelesaian, yang berarti memiliki semua skill maksimum sejak log pertama adalah hal yang mustahil.
Tak peduli bagaimana aku melihatnya, ini pasti BUG. Itu juga mungkin menjelaskan kenapa aku bisa terlempar ke tempat ini, mungkin sistemnya agak tidak stabil.
“Apa Game ini Ok? Apa ada GM support tersedia?”
Melihat ke arah skill itu lagi, aku terkena sedikit perasaan deja vu. Melihat nilai kecakapannya lagi, rasanya aku sudah pernah melihat itu semua sebelumnya. 1-H Swords: 1000, Unarmed Skill:991, Memancing:643.
Hal itu serasa memberiku kejutan listrik; aku akhirnya menyadari hubungannya. Aku mulai bernafas keras keras.
Aku sudah melihat ini sebelumnya. Ini adalah skill yang kulatih selama dua tahun dalam SAO. Sayangnya, «Dual Blades» tak ada disini – mungkin karena skill «Dual Blades» tidak ada dalam ALO. Skill «Black Swordsman Kirito» yang menyebabkan kehancuran di kota terapung Aincrad juga muncul di depan mataku lagi.
Aku benar benar bingung, hal mustahil tengah berlangsung; aku bahkan tak bisa membayangkan apa yang tengah terjadi. SAO dan ALO adalah dua Game yang sama sekali berbeda dan diproduksi oleh dua perusahaan yang sama sekali berbeda. Kalau data tersimpan bisa dipindahkan seperti itu.......jangan jangan – disini adalah......
“SAO?” gumamku, seraya aku jatuh di atas lututku.
Menggeleng kepalaku dengan kencang untuk menjernihkan pemikiran menggelikan itu, aku melihat kembali ke jendela skill.
Aku masih tak yakin apa yang tengah berlangsung, namun berharap bisa mengumpulkan lebih banyak informasi, aku menavigasi ulang ke menu utama. Kali ini aku membuka jendela item.
“Whaaaa......apa apaan ini!?”
Aku tak bisa memahami apa apa. Yang ditampilkan di depanku adalah sejumlah kata kata yang terdiri atas nomor dan karakter. Karakter penuh teka teki, jumlah, aksara, dan gambarnya semua dicampur bersama.
Tampaknya ada beberapa item yang kumiliki di Aincrad. Sudah tentu, entah karena alasan apa, data yang tersimpan untuk Kirito sepertinya telah berpindah ke dunia ini.
“Jadi.....tunggu sebentar!”
Aku mendadak memikirkan sebuah kemungkinan.
Kalau ini semua adalah item dari Aincrad,--maka «itu» seharusnya ada disini juga. aku menyentuh jendela item, dan menggeser menu dengan ujung jemariku.
“Tolong, tolong, tolong ada disini.”
Aku dengan cepat menggeser daftar, mengabaikan semua hal hal tak perlu. Jantungku mulai berdegup makin kencang dan perasaan seperti lonceng berbunyi mengalir sepanjang tubuhku.
“!”
Jariku tanpa sadar berhenti. Dibawah jariku terdapat barisan kata kata seperti semua benda yang kusimpan tengah memancarkan cahaya hijau. «MHCP001».
Hampir lupa bernafas, aku menyentuh nama itu dengan jari gemetar. Setelah memilih item, warna itu berbalik. Menggerakkan jariku aku menyentuh tombol berlabel “Use Item”.
Kemilau putih muncul di tengah jendela dan menyebar sepanjang sudut seolah ia merentang ke arahku. Seiring ia terus merentang, ia berubah menjadi kristal tak berwarna, yang berbentuk air mata.
Menggenggam batu berharga itu di tanganku, aku mengangkatnya, merasakan kehangatannya. Menyadari semua ini, aku merasa sedikit gemetar.
Tuhan, tolong, kumohon padamu......aku berdoa dari dalam hatiku, dengan lembut menepuk kristal dua kali dengan jariku. Cahaya putih murni meletup letup dari kristal di tanganku.
“Ah!?”
Suara tercengangku tanpa sadar meluncur keluar dari mulutku sambil aku berjongkok dan meletakkan kristal di tanah, kemudian mundur beberapa langkah. Kristal itu mengapung dari tanah beberapa meter sebelum berhenti. Cahaya yang muncul dari kristal perlahan semakin silau sampai bulan nampak pucat dan pepohonan di sekeliling terwarnai oleh hijau-keputihan.
Aku berkedip kedip, pemirsa dari adegan di hadapanku ini. Dari pusat cahaya yang berputar, sebuah bayangan muncul, mengambil bentuk dan warna keputihan. Kemilau rambut hitam panjang tergerai ke segala arah, disertai gaun putih salju dan tubuh yang panjang, nan langsing. Mata tertutup, tangan disilangkan di depan dadanya, sosok seorang gadis cantik muncul. Dia, seolah adalah perwujudan dari cahaya, dengan perlahan turun ke tanah.
Cahaya menyilaukan lenyap dengan cepat. Gadis itu, yang mengapung di udara, perlahan membuka matanya dengan alis mata berkibar. Matanya, sama gelap dengan langit malam, perlahan menatap ke arahku.
Aku tak bisa bergerak. Atau berbicara. Atau bahkan berkedip.
Si gadis kecil itu menatapku, dan bibir berwarna merah cherry-nya perlahan terbuka. Kata kata tak bisa mendeskripsikan kecantikan senyum ala malaikat itu. Aku mengumpulkan keberanianku dan berkata padanya, “Ini aku.....Yui. Apa kamu paham?”
Selesai bicara, aku melirik diriku. Situasi dan penampilanku di dunia ini sama sekali berbeda dari saat di dunia itu.
Namun, hal hal semacam itu tak perlu. Si gadis – Yui – bibirnya bergerak, dan dalam suara nostalgia yang hampir seperti lonceng perak, berkata “Kita bertemu lagi, Papa.”
Air mata berkumpul di matanya, Yui mengulurkan tangannya dan terbang ke dadaku.
“Papa....Papa!” Yui memanggilku lagi dan lagi, lengan tipisnya dengan erat memeluk leherku, wajahnya membelai wajahku. Memeluk tubuh kecilnya dengan perlahan, aku tak bisa menghentikan suara terisak yang lolos dari tenggorokanku.
Yui, Asuna, dan aku telah tinggal di dunia SAO selama tiga hari yang singkat, sebelum dia lenyap. Meski itu hanya waktu yang sesaat, namun memorinya sangat tak tergantikan sampai terukir kuat dalam pikiranku dan takkan pernah terhapus. Sepanjang pertarungan panjang dan keras di Aincrad, hanya ada sedikit kebahagiaan namun untuk hari hari itu, kami sangat bahagia.
Perasaan nostalgia hangat menyelimutiku seiring aku berdiri disana dengan memeluk Yui erat erat. Kejaiban tengah berlangsung di hadapanku. Jadi, Asuna, kita pasti akan bertemu lagi. kita pasti akan kembali lagi ke hari hari membahagiakan itu. ini adalah pertamakalinya, sejak aku kembali dari dunia itu, dimana aku merasakan kebahagiaan semacam itu.
Aku melihat lihat ke sekeliling hutan, dan menemukan sebuah batang pohon yang baru baru ini runtuh dan nampak tak berbentuk lagi.
“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?”
Menahan keinginan untuk berbicara tentang Asuna, aku bertanya pada Yui, yang saat ini duduk di atas pangkuanku.
Dengan wajahnya bersandar di dadaku, Yui menatapku dengan ekspresi sangat bahagia.
“....?”
“Maksudku adalah, ini bukan dunia SAO, kan?”
Yui dengan cepat memberi deskripsi tentang apa yang terjadi sejak aku terakhir melihatnya. Dia saat itu hampir dihapus namun justru dikompres dan disimpan sebagai bagian dari data lingkungan. Setelah mengalahkan Game, kota terapung Aincrad lenyap. Setelah itu, aku datang ke dunia baru ALfheim ini, meski aku tak tahu bagaimana dataku masih tersimpan disini. Namun, fakta kalau Asuna masih belum bangun tak mudah untuk mengatakannya.
“Tolong, tunggu sebentar.”
Yui menutup matanya, seolah berkonsentrasi mendengar suara dari jauh.
“Ini kan—“
Mata Yui tersentak terbuka, kemudian melihatku.
“Sepertinya dunia ini dibuat dari copy server «Sword Art Online»”
“Copy?”
“Ya. Framework dan format grafisnya diproduksi oleh kelompok program inti yang sama. Aku mampu mereproduksi bentuk ini. Ini sudah cukup untuk memverifikasi ini. Namun, sistem utamanya adalah versi yang lebih tua dan komponen Game-nya sama sekali berbeda.”
“Itu....”
Aku merenung dalam pikiranku.
ALfheim Online diluncurkan dua belas bulan setelah insiden SAO. Argus telah bangkrut, dan setelah itu, RECTO membeli aset aset teknologi Argus dan menggunakannya untuk mengembangkan VRMMO Game baru. Kalau kau bisa mengambil keuntungan dari program utama dan proses feedback dari Game itu, biaya pengembangan akan berkurang drastis. Kalau itu benar, akurasi dunia ini tak akan membuatku terkejut karena Game ini bekerja dengan program sama dengan SAO.
Dengan kata lain, ALO beroperasi dengan mengcopy sistem SAO, yang bisa kumengerti. Namun—
“Tapi.....kenapa data pribadiku muncul disini?”
“Papa, tolong izinkan aku melihat datamu.”
Yui menutup matanya lagi.
“Tak ada keraguan. Ini karakter yang papa gunakan dalam SAO. Dua Game menerapkan format yang mirip bukan hanya untuk save data, namun juga untuk kecakapan skill umum, jadi mereka bisa diwariskan. Namun karena data memiliki hit point dan mana point dengan format berbeda, HP dan MP tidak ikut dipindahkan. Kemudian mengenai item, mereka semua sudah tak berfungsi. Selama kamu menyimpannya, kemungkinan protokol deteksi error sistem akan mendeteksinya. Akan lebih baik kalau kamu membuang semua itu.”
“Begitukah......oke.”
Aku menyentuh kolom item dan memilih item item yang akan kubuang. Mungkin ada item item yang membawa memori bagiku, namun ini bukan waktunya untuk berkenang kenang. Pokoknya, aku bahkan tak tahu mereka lagi saat ini, apalagi menggunakannya.
Jadi, dengan keyakinan kuat, aku menghapus semua item yang sudah tak berfungsi. Ini menyisakanku hanya dengan perlengkapan dasar.
“Tak akan ada masalah dengan level skillku kan?”
“Dari sudut pandang sistem, tidak ada. Saat dibandingkan dengan waktu bermainmu itu memang sedikit tak wajar, namun kecuali GM mengecek, pasti takkan ada masalah.”
“Begitukah? Heh, aku sudah berubah dari Beater menjadi Cheater.”
Tapi, kalau soal kekuatan karakter, langit adalah batasnya. Aku harus mencapai puncak Yggdrasil dan menolong Asuna. Selain itu, aku tak datang ke dalam Game ini untuk senang senang, aku tidak dalam mood untuk bermain dengan serius.
Melihat dengan teliti pada bar statusku, aku bisa tahu kalau dunia ini tak menyamakan angka dan kekuatan. Parameter Kekuatan dan Kelincahan SAO tak ada disini, belum lagi peningkatan HP dan MPnya sangat kecil. Juga, seiring skill senjata meningkat, satu satunya hal yang berubah adalah jumlah senjata yang kau bisa gunakan, tak ada perubahan pada kekuatan serang. Dan, tentu saja, skill pedang yang menjadi ciri khas SAO, tak ada disini.
Dengan kata lain, ALO berfokus pada kemampuan atletik alami dan daya pikir si pemain. Dalam SAO, serangan dari lawan yang levelnya lebih rendah takkan terlalu berpengaruh pada HP. Namun hal ini nampaknya tak berlaku disini.
Satu satunya yang unik adalah «sihir», yang tak ada dalam SAO. Sekarang, hanya «Illusion Magic» yang tercantum dalam skill sihirku, jadi mungkin ini adalah skill dasar bagi ras Spriggan. Aku belum pernah memakai sihir dan belum pernah diserang oleh sihir, jadi aku tak terlalu memahaminya.
Aku menutup jendela, menghadap Yui yang masih lengket di dadaku dengan matanya menyipit seperti kucing, dan bertanya, “Ngomong ngomong, kenapa Yui bisa berada di dunia ini?”
Disamping fakta kalau aku bisa menyentuhnya, Yui bukan manusia. Abnormalitas dalam prosedur perawatan SAO berdampak pada kelahirannya. Dia adalah kecerdasan buatan, dengan kata lain, seorang «AI».
Saat ini, tahun 2025, banyak institusi penelitian telah mempublikasikan jurnal yang salah satunya berjudul «Kecerdasan Buatan – Mendekati Kebijaksanaan Tanpa Batas». Jurnal ini menyatakan bahwa selama proses «kebiasaan rasional» berlanjut, pada akhirnya batas diantara simulasi kebijaksanaan dan kebijaksanaan sejati akan menjadi kabur, berdampak pada terciptanya AI yang lebih maju.
Yui mungkin adalah eksistensi semacam itu, AI sejati pertama. Namun itu bukan masalah bagiku, aku menyayangi Yui seperti putriku sendiri dan dia menganggapku Ayahnya. Itu saja sudah cukup.
“Ah, nampaknya ada program pseudo-karakter untuk mendukung pemain dalam Alfheim Online. Mereka disebut «Navigation Pixies», mungkin aku diklasifikasikan seperti mereka.”
Mengatakan itu, dia membuat wajah aneh untuk sesaat. Setelah itu, tubuhnya mendadak bersinar dan menghilang.
“Yui!?”
Aku berteriak dalam kepanikan. Bermaksud berdiri, aku menyadari sesuatu yang melekat di lututku.
Tingginya sekitar sepuluh sentimeter, dengan kaki dan lengan langsing. Mengenakan gaun mini pink yang terlihat seperti dibuat dari kelopak bunga, dengan dua sayap transparan yang membentang dari punggungnya. Ia adalah, singkat kata, seorang pixie. Dengan wajah imut dan rambut panjang, meski dia nampak berbeda, dia adalah, tanpa ragu, Yui.
“Ini adalah penampilan dari «pixie».”
Yui berdiri di lututku, dan dengan tangan di pahanya, mulai mengepakkan sayapnya.
“Oh.....”
Aku menghela nafas sambil menyentil pipi Yui dengan jariku.
“Itu geli!”
Yui tertawa, dan naik ke udara untuk lolos dari jariku, disertai oleh suara kepakan sayap, sebelum duduk di bahuku.
“.......Lantas, apa kamu juga punya hak administrator istimewa, seperti sebelumnya?”
“Tidak.....” Yui mengatakannya dengan suara terisi frustasi.
“Pada saat itu, yang bisa kulakukan hanya mengakses referensi dan data area peta yang luas. Aku juga bisa mengkonfirmasi status pemain yang membuat kontak denganku, tapi aku tak bisa mengakses program database utama mereka.”
“Ah, jadi begitu......sebenarnya....”
Ekspresiku berubah, dan aku mengubah topik, akhirnya masuk ke persoalan utama.
“Asuna......nampaknya Mamamu ada disini.”
“Oh....Mama!?”
Yui melompat dari bahuku, dan melayang layang di depan wajahku.
“Apa maksudmu?”
“......”
Aku hampir bermaksud menjelaskan tentang Sugou Nobuyuki, namun aku sedikit ragu ragu. Yui telah terseret ke ambang keruntuhan oleh emosi negatif para pemain dalam SAO. Aku tak ingin membuat dia semakin terkotori oleh perasaan buruk manusia.
“......Setelah penutupan server SAO, Asuna tak kembali ke dunia nyata. Aku mendapat informasi kalau di dunia ini ada orang yang kelihatan sangat mirip dengan Asuna. Mungkin saja itu hanya kebetulan, dan mungkin itu hanya karakter lain yang kebetulan mirip dengannya. Aku hanya ingin memastikan kebenaran ini.”
“Ah....tentang hal seperti ini.......maafkan aku Papa, normalnya aku hanya perlu memindai data pemain, namun tanpa akses ke sistem aku tak bisa melakukannya.”
“Tak perlu menyalahkan dirimu. Pokoknya, aku punya ide dimana dia berada. Yggdrasil......dia mungkin ada disana. Tempat itu, apa kamu tahu?”
“Ah, aku tahu itu. eh, eh, itu kira kira ada di arah timur laut, namun cukup jauh dari sini. Kalau aku mengatakannya dengan jarak pasti, kira kira ada lima puluh kilometer jauhnya.”
“Wow, itu jauh sekali. Bukankah itu, lima kali lebih jauh dari Aincrad. Selain itu, kenapa aku sampai dikirim ke hutan ini?”
Yui merendahkan kepalanya untuk sejenak oleh pertanyaanku.
“Kupikir data posisimu kemungkinan rusak atau disalahartikan dengan pemain lain, hasilnya kamu terjatuh disini. Itu hanya dugaan, sih.”
“Kalau aku harus jatuh, kenapa nggak lebih dekat dengan Yggdrasil saja. Mm, yang pasti, kudengar kita bisa terbang disini?”
Aku berdiri, dan memutar kepalaku untuk melihat benda di bahuku.
“Oh, benar, memang ada sayap.”
Dari punggungku membentang empat sayap transparan berwarna biru keabu abuan. Mereka lebih mirip seperti sayap serangga ketimbang sayap sayap yang lain. Namun aku bahkan tak tahu bagaimana membuat mereka bergerak.
“Bagaimana aku terbang?”
“Sepertinya ada controller panduan untuk terbang. Mohon ulurkan tangan kirimu, seolah menggenggam sesuatu.”
Aku mengikuti arah yang ditunjukkan gadis kecil di bahuku. Kemudian, objek seperti joy stick muncul di tanganku.
“Tarik kedepan untuk naik, dan dorong ke belakang untuk turun, kanan dan kiri untuk membelok, tekan tombol untuk berakselerasi, dan lepaskan tombol untuk melambat.”
“Nn.”
Aku menarik joystick ke arah diriku. Sayap di punggungku mulai membentang dan tak lama kemudian mulai bersinar. Aku menarik joystick semakin jauh ke arah diriku.
“Oh.”
Mendadak, tubuhku mulai mengapung. Aku naik dengan perlahan sekitar satu meter dari tanah sebelum aku membiarkan tanganku kembali ke posisi alami. Selanjutnya, aku menekan tombol akselerasi. Tubuhku mulai bergerak maju.
Kemudian, aku mencoba turun dan berbelok; aku memahaminya cukup cepat. Ini jauh lebih gampang dari VR Game penerbangan yang kumainkan sebelumnya dan operasinya juga simpel.
“Kupikir kurang lebih aku sudah paham. Sekarang, ada sesuatu yang ingin kuketahui. Kota apa yang paling dekat dari sini?”
“Ke arah barat terdapat kota bernama «Sylvain». Itu yang terdekat. Ah.”
Yui tiba tiba menengadah ke atas.
“Ada apa?”
“Beberapa pemain mendekat kemari. Sepertinya ada satu pemain yang dikejar oleh tiga pemain.”
“Ohh, ada pertempuran. Aku mau lihat.”
“Papa sungguh rileks seperti biasanya.”
Sambil berbicara pada Yui, aku membuka menu dan melengkapi diriku dengan pedang yang kuterima sebagai senjata awal. Usai menariknya, aku mengayunkannya beberapa kali.
“Wow, pedangnya jelek amat. Juga terlalu ringan; ah, tapi biarlah.”
Aku menyarungkan pedangku dan memanggil controller untuk terbang lagi.
“Yui, kuserahkan navigasi padamu.”
“Paham!”
Menjawab dengan suara seperti lonceng, Yui lepas dari bahuku. Mengikutinya, aku juga meluncur ke udara.
Akhirnya, sihir api yang diluncurkan oleh Salamander mengenai Lyfa dan menghantam punggungnya.
“Whaaaa!!!”
Dia tentu tak bisa merasakan rasa sakit atau kepanasan, namun serangan itu memberi dampak hebat yang membuatnya kehilangan keseimbangan. Beruntungnya, selagi kabur dia tak lupa memasang seperangkat mantra pertahanan «Atribut Angin», sehingga bar HP-nya masih bertahan, namun wilayah Sylph masih sangat jauh.
Pada poin itu, Lyfa menyadari kalau kecepatan terbangnya menurun. Sial, aku mencapai batas penerbanganku! Sayapku akan kehilangan seluruh kekuatannya dalam beberapa detik lagi, dan aku takkan bisa terbang lagi sampai recharge.
“Ugh......”
Menggertakkan giginya, Lyfa melakukan penyelaman tangkas ke dalam hutan untuk kabur. Karena pihak musuh memiliki mage, bahkan bersembunyi dengan memakai sihir akan sangat sulit. Namun dia tak mau menyerah begitu saja dan kalah disini.
Lyfa menyelinap ke celah kanopi dan melewati cabang cabang pohon yang sempit sembari mendekati permukaan tanah. Ini sudah waktunya. Kecepatan terbangnya sudah hampir berhenti, tepat saat dia mencapai tanah. Saat dia bersiap mendarat, dia membalikkan tubuhnya perlahan, dan setelah membiarkan kakinya menyentuh tanah, dia melompat ke lubang sebuah pohon raksasa. Kemudian, sambil mengulurkan tangannya ke udara, dia bersiap meluncurkan sihir tipe stealth.
Sihir dalam ALO sangat mirip dengan film fantasi, dan bisa dideskripsikan sebagai lafal «Mantra». Agar sistem bisa mengidentifikasi sihir yang akan dipakai, lafal mantra harus mengikuti ritme dan pelafalan yang tepat. Kalau lafal mantra terganggu di tengah jalan, maka sihir akan gagal dan pemain harus mengulangi lagi dari awal.
Lyfa dengan cepat menyelesaikan lafal mantranya. Ia telah meluangkan banyak waktu untuk menghafal dan melatihnya, sehingga mengurangi waktu yang diperlukan untuk memakainya. Tak lama setelah mantra selesai, atmosfir hijau muda memancar dari kakinya dan perlahan mulai menutupi seluruh tempat persembunyiannya sampai menyelimuti seluruh tubuhnya. Ini adalah mantra pertahanan yang mencegah musuh mendeteksi keberadaanmu. Namun, itu bisa dipatahkan oleh pemain yang memiliki kemampuan «Scan» level tinggi atau mantra penetrasi. Lyfa menahan nafasnya untuk membuat dirinya sekecil mungkin.
Tak lama kemudian, Lyfa mendengar suara yang unik bagi Salamander yang terbang. Mendarat di ruang terbuka di balik pohon, suara berdentum armor logam berbunyi sepanjang area diikuti oleh teriakan.
“Sylph itu pasti ada disekitar sini, ayo cari!”
“Tidak, Sylph terspesialisasi dalam Stealth. Mari gunakan sihir.”
Setelah mengatakan itu, orang itu mulai melafalkan mantra. Lyfa hampir menyumpah nyumpah namun secara insting menutup mulutnya. Setelah beberapa detik, sesuatu muncul dengan berisik dari belakang.
Beberapa kadal merah kecil dengan mata merah memanjat sepanjang akar pohon raksasa. Ini adalah sihir penetrasi «Atribut Api»; belasan kadal muncul dari si pelafal mantra dan mencari dalam lingkaran yang menyebar dan memancarkan api saat mereka menemukan sesuatu, segera menunjukkan lokasi dari monster atau pemain lain.
Pergi sana, jangan datang kemari!
Tentu saja, kadal kadal itu tak punya pola gerakan khusus, mereka bergerak secara acak setelah dipanggil. Lyfa mati matian berharap supaya kadal itu pergi ke tempat lain, namun sia sia saja. Salah satu kadal menyentuh membran yang mengelilingi Lyfa, kemudian ia mengeluarkan decitan bernada tinggi dan membara dalam api.
“Kita dapatkan dia, ada disana!”
Mendengar suara armor logam perlahan mendekatinya, Lyfa melompat dari bayangan dan berbalik untuk mendarat di kakinya. Dia mencabut pedangnya dan dengan anggun memasang posisi bertarung, tiga salamander sudah mengarahkan tombak mereka padanya.
“Mari jangan main main lagi sekarang.”
Orang di sebelah kanan melepas visor di helmnya. Dimana kegirangannya tertutup oleh helm, namun itu tak bisa menutup suara kerasnya.
Orang di tengah, si pemimpin, melanjutkan dengan suara tenang;
“Maaf, tapi ini adalah misi kami. Kalau kau serahkan uang dan itemmu, maka kami akan membiarkanmu pergi.”
“Ah, bunuh saja dia! Musuhnya perempuan jadi aku jadi makin semangat ah!”
Si pembicara adalah orang di sebelah kiri, yang juga mengangkat visornya sembari mengatakan itu. dia terlihat seolah teracuni dengan kekerasan, dengan tatapan mata terpaku pada Lyfa.
Berbicara dari bertahun tahun pengalaman bermain Game, «Pemain Pemburu Wanita» ini adalah cecunguk yang paling buruk. Sialnya, orang orang seperti mereka ada banyak. Rasa takut membuat punggung Lyfa bergidik. Kalau pemain tipe ini menyentuh tubuh pemain lain kecuali dalam pertarungan, sistem akan segera menyampaikan laporan pelecehan seksual. Ini bisa diterima karena korban jiwa adalah, di satu sisi, salah satu tujuan Game ini. Kalau dilihat dengan cara lain, pertumpahan darah adalah kebebasan para pemain. Beberapa pemain justru melakukannya secara ekstrim dan merasa sangat senang dengan «memburu» pemain pemain wanita dalam ALO.
Dalam operasi ALO normal hal semacam itu bisa benar benar terjadi. Rumor itu ternyata benar, dan saat ini terjadi dalam Game, dan Lyfa merinding oleh pikiran semacam itu.
Lyfa dengan tegap memposisikan kakinya, memakai kuda kuda dua pedang favoritnya. Memfokuskan kekuatan pada tatapan matanya, ia menatap ketiga Salamander.
“Aku setidaknya akan bawa salah satu dari kalian ke liang kubur. Kalau kalian tak takut pada «Death Penalty», datanglah padaku.”
Lyfa mengatakan itu dengan suara rendah. Salamander di kedua sisi nampak marah oleh pernyataannya dan mengangkat tombak mereka. Si pemimpin menenangkan mereka dengan mengangkat kedua tangannya dan berkata;
“Menyerahlah. Sayapmu sudah mencapai batas, kami masih bisa terbang saat ini.”
Memang, sesuai kata katanya. Dalam ALO, kalau pemain di tanah diserang oleh musuh di udara, kondisi mereka sangat tidak diuntungkan. Lebih jauh lagi, ini bukan hanya satu lawan yang bisa terbang, namun tiga. Namun Lyfa tak akan menyerah. Dia tak akan menyerahkan uang dan itemnya untuk ampunan.
“Dasar cewek keras kepala. Apa boleh buat, kau yang memintanya sendiri.”
Bahkan si pemimpin mengangkat bahunya, memposisikan tombaknya, dan terbang ke udara. Kedua Salamander lain mengambil controller mereka dan mengikuti.
Bahkan menghadapi tiga tombak di saat yang sama, Lyfa bersiap siap menyerang musuh terdekat. Dia memfokuskan kekuatannya pada pedangnya. Ketiga Salamander mengelilingi Lyfa dan dia bersiap siap menyerbu musuh, saat hal tak terduga terjadi.
Semak semak di belakang mereka tiba tiba mulai berguncang, dan sebuah bayangan melompat dan meluncur melewati sisi para Salamander, berputar di udara, dan setelah beberapa putaran kemudian terjatuh ke tanah dengan suara keras.
Oleh kejadian tak terduga ini, ketiga Salamander dan Lyfa membeku untuk sesaat kemudian menatap si bayangan itu.
“Arg, Ouch. Mungkin ini yang mereka sebut dengan ‘pendaratan darurat’.”
Suara tanpa ketegangan ini datang dari pemain laki laki berkulit agak hitam yang tengah berdiri. Rambut hitamnya berdiri seperti landak, dan mata lebarnya memberi kesan berandalan. Di punggungnya membentang sayap biru keabu abuan yang menandai dia sebagai anggota ras Spriggan.
Apa yang seorang Spriggan dengan wilayah jauh di sebelah timur lakukan disini? Selagi memikirkan itu, Lyfa mulai mengecek perlengkapannya. Jaket dan celana panjang hitam sederhana tanpa armor, dan pedang lecek – dilihat dari manapun, dia hanya memakai peralatan dasar. Seorang pemula datang jauh jauh ke dalam zona netral ini, apa yang dia pikirkan?
Dilihat dari manapun juga, dia hanya pemain pemula. Lyfa tak ingin dia melihat adegan pertarungan kejam ini, tanpa berpikir dia memanggilnya.
“Apa yang kamu lakukan? Lekas kabur sana!”
Namun si pria hitam itu tak bergerak. Apa dia tak tahu kalau pemain dari ras berbeda itu diperbolehkan, dan bahkan dianjurkan, untuk saling membunuh? Setelah meletakkan sesuatu di saku dadanya dengan tangan kanannya, dia melihat Lyfa dan kemudian pada para Salamander yang melayang layang lalu berkata.
“Tiga tentara mengeroyok seorang gadis, bukankah itu sudah kelewatan?”
“Bicara apa kau?”
Pidatonya membuat marah dua Salamander di belakangnya. Mereka bergerak untuk mengepung si pria ini dari depan dan belakang, mengelilinginya selagi masih di udara. Mereka menurunkan tombak mereka dan bersiap siap menyerbu.
“Sial.”
Lyfa ingin maju dan menolongnya, namun dia tak bisa bergerak sembarangan karena pemimpin mereka masih berada di langit di depannya.
“Idiot, berani betul kau datang kemari sesantai itu!? Oke, sesuai kemauanmu, kami akan bersenang senang menghabisimu!”
Pria itu berdiri di depan para Salamander yang armornya sudah agak rusak sambil menurunkan visor mereka. Seiring kedua Salamander itu menurunkan tombak mereka untuk menyerbu, sayap mereka menciptakan cahaya ruby brilian. Salamander di depan memulai serangannya dimana yang lain tengah menunggu beberapa detik lebih lama, berniat mengambil kesempatan dari perbedaan waktu untuk membunuh pria itu saat dia mengelak dari serangan pertama.
Itu bukan sesuatu yang bisa diladeni seorang pemula. Aku tak ingin melihat momen saat tubuhnya ditembus tombak, pikir Lyfa. Dia menggigit bibirnya dan hendak membuang wajahnya, namun sebelum itu.
Aku masih tak bisa percaya apa yang terjadi.
Dengan tangan kanannya masih menutupi saku, dia dengan santai mengeluarkan tangan kirinya dan menangkap pucuk tombak yang mengincar nyawanya. Cahaya dan suara berdentum sepanjang udara yang menandai aktivasi skill: «Guard». Lyfa tak bisa mempercayai penglihatannya, rasa kaget memaksa matanya terbuka lebar dan rahangnya jatuh. Pria itu menggunakan momentum Salamander untuk melemparnya ke arah rekannya yang mendekat dari belakang.
“Woo ah ah ah ah ah ah ah.”
Teriakan lepas dari kedua Salamander saat kedua bertubrukan dan jatuh ke tanah dalam suara gemerincing logam.
Pria itu berputar sedikit, dan sambil memegang gagang pedangnya melempar tatapan bingung pada Lyfa.
“Orang orang ini, apa tak masalah kalau aku mencincang mereka?”
“Tentu saja tidak, itulah yang hendak mereka rencanakan padamu beberapa saat yang lalu.”
Lyfa menjawab dengan nada kekaguman.
“Begitu, oke, aku permisi sejenak.”
Pria itu mencabut pedang leceknya dengan tangan kanannya, dan membiarkannya menggantung sangat dekat ke tanah. Setelah mengatakan hal yang cukup nekat, Lyfa menduga dia akan segera menyerang, namun dia tak bergerak. Kemudian, dia memajukan kaki kirinya ke depan, membenahi pusat gravitasinya, dan mendadak......
Boom! Pria itu lenyap di saat yang sama dengan dentuman suara keras. Sonic boom!? Lyfa sudah bertarung dengan banyak musuh, namun dia belum pernah melihat serangan semacam itu. Matanya bahkan tak bisa mengikuti pergerakan si pria. Saat ia buru buru menolehkan kepalanya ke kanan, pria itu berhenti bergerak dengan tubuh mendekati tanah di tempat yang jauh dari dia mulai menyerang. Ia menyelesaikan tekniknya dengan mengayunkan pedangnya ke arah sarung pedangnya.
Diantara kedua Salamander, salah satu dari mereka terselimuti oleh End Frame saat dia mencoba berdiri. Tubuhnya dengan cepat berubah menjadi abu dan lenyap ke arah empat mata angin, hanya menyisakan Remain Light.
Terlalu cepat!
Lyfa merinding. Tindakan dan serangan itu jauh melebihi apapun yang dia pernah lihat, pada dimensi yang sama sekali berbeda. Tubuhnya bergetar oleh ketakutan oleh apa yang baru saja terjadi.
Di dunia ini, hanya satu hal yang mengendalikan seberapa cepat kau bergerak: kecepatan yang sinyal otakmu terima dari sistem «Full Dive» dan bereaksi pada mereka. Amushpere mengirim sinyal ke pusat gerakan di otak, kemudian otak memproses sinyal sinyal ini dan menghasilkan sinyal yang mengendalikan fungsi motorik tubuh. Sinyal sinyal ini kemudian ditangkap oleh sistem Amusphere. Semakin cepat si otak pemain dalam melakukan itu, makin cepatlah pemain itu dapat bergerak dalam Game. Refleks bawaan adalah salah satu hal yang menentukan seberapa cepat itu bisa terjadi namun kecepatan juga meningkat dengan pengalaman, jadi semakin lama pemain itu bermain maka semakin cepatlah dia bisa bergerak.
Ini bukan menyombong, namun kecepatan Lyfa adalah peringkat lima besar dari semua Sylph. Kecepatannya telah ditempa dengan melatih refleksnya selama bertahun tahun dan terasah dengan setahun bermain ALO. Dia sangat percaya diri kalau siapapun yang jadi lawannya, dari segi kecepatan dia takkan kalah oleh siapapun juga.
Lyfa dan si pemimpin Salamander hanya bisa terbengong bengong saat pria itu berdiri dan menoleh pada mereka, sekali lagi dengan anggun menyarungkan pedangnya ke posisi semula.
Salamander lain, yang serangannya dielakkan, nampaknya masih tak paham apa yang baru terjadi. Dia masih bergerak ke arah berlawanan sambil mencoba mencari pria itu yang telah lenyap di hadapannya.
Pria itu sekali lagi menyerang tanpa ampun, menyerbu ke arah Salamander yang masih kebingungan. Aku pasti takkan melewatkannya lagi kali ini, pikir Lyfa sambil berkonsentrasi pada pergerakan pria itu dengan mata terbuka lebar lebar.
Gerakan dasarnya tidak terlalu cepat, namun ia seperti melenggok. Namun, itu hanya sampai saat dia mengambil langkah pertama serangannya dan........
Atmosfir menjadi berkabut dan nampaknya bergoncang dengan bising. Aku sepertinya bisa melihatnya kali ini. Seperti menonton film yang dipercepat, mata Lyfa berhasil menangkap sebagian besar namun tidak semua gerakannya. Pedang pria itu melompat dari posisinya yang lebih rendah dan memotong si Salamander menjadi dua. Bahkan kilatan yang tercipta oleh gerakannya sama sekali tak bisa menyusulnya. Pria itu bergerak beberapa meter kedepan, dan berhenti dengan pedang diangkat tinggi tinggi. Sekali lagi percikan api berkobar, menandakan kematian Salamander kedua.
Lyfa begitu terpukau oleh kecepatan itu sampai dia menyadari betapa besar daya rusak yang ditimbulkan oleh serangan pria itu. Bar HP kedua Salamander, yang sebelumnya hampir penuh, saat ini lenyap sama sekali. Singkatnya, serangan pria itu sama mengerikan dengan kecepatannya.
Rumus serangan ALO tidaklah rumit. Hal itu bergantung pada empat hal: kekuatan senjata itu sendiri, dimana bagian tubuh lawan yang terkena, kecepatan serangan, dan armor yang dikenakan oleh lawan. Pada kondisi ini, kekuatan senjata pria itu rendah, dimana armor yang dikenakan oleh Salamander memiliki level cukup tinggi. Kekuatan serangannya datang dari akurasi dan kecepatan menakjubkan dari pria itu.
Pria itu kembali ke posisi santainya semula dan menengadah ke arah pemimpin Salamander yang masih melayang di udara. Dengan pedang bersandar di bahunya, pria itu membuka mulutnya dan berujar:
“Jadi, apa kamu mau bertarung juga?”
Kata kata pria itu sama sekali tak berisi ketegangan. Bahkan si Salamander harus tersenyum.
“Tidak, aku tak punya kesempatan menang, lupakan saja. Akan kuberikan itemku padamu kalau kau memintanya. Skill sihirku mendekati 900, dan «Death Penalty» akan membuat semua usaha kerasku terbuang sia sia.”
“Kau sungguh orang jujur.”
Pria itu tertawa dengan santai, dan mengalihkan tatapannya pada Lyfa.
“Kamu disana, nona muda, kamu mau apa? Kalau kamu mau melawannya, aku takkan mengganggumu.”
Seenaknya datang membuat kekacauan dan membuat begitu banyak kekisruhan, kemudian seenaknya mengatakan hal semacam itu, Lyfa sampai ingin tertawa. Dia adalah tipe yang bisa datang ke medan tempur dan mementahkan semangat bertarung semua orang.
“Aku ini hebat. Lain kali aku akan menang, Tuan Salamander.”
“Jujur saja, melawanmu satu lawan satu, kupikir aku takkan bisa menang.”
Setelah itu, si Salamander membentangkan sayapnya dan terbang pergi, menyisakan jejak cahaya merah. Kemudian, meninggalkan pepohonan yang berguncang sebagai jalurnya, ia lenyap sangat jauh ke langit gelap. Yang tersisa hanya Lyfa dan pria berpakaian hitam di tengah hutan dengan dua Remain Light. Tak lama kemudian, dua Remain Light itu juga lenyap.
Saat dia melihat si pria, Lyfa kembali tegang.
“Jadi, aku harus apa? Haruskah aku berterima kasih? Haruskah aku kabur? Atau haruskah kita bertarung?”
Dia mengayunkan pedangnya sekali dari kanan ke kiri dan meletakkannya kembali dengan suara pedang yang disarungkan.
“Ah, bagiku ini seperti Ksatria Keadilan yang menyelamatkan Sang Tuan Putri dari penjahat.”
Pria itu tertawa dengan seringai.
“Kemudian karena tersentuh, sang Tuan Putri yang menangis memberinya pelukan.”
“Apa kamu idiot?”
Lyfa tanpa sadar meneriakinya, dengan wajah tersipu.
“Aku lebih baik bertarung melawanmu.”
“Ha ha, bercanda bercanda.”
Sambil melihat si pria yang tertawa riang, Lyfa menggertakkan giginya dalam amarah. Dia tengah berpikir cara untuk membalasnya, saat tiba tiba sebuah suara datang entah dari mana.
“Itu benar, aku nggak bisa membiarkan itu.”
Itu adalah suara gadis muda. Melihat ke sekeliling dengan siaga, Lyfa tak melihat apa apa yang bergerak dalam bayangan. Pada poin ini, pria itu kelihatan gugup dan berkata:
“Ah, hei, aku sudah menyuruhmu supaya jangan keluar.”
Lyfa menoleh untuk melihat saku dada si pria karena sesuatu yang bersinar nampak melompat dari dalamnya. Itu adalah makhluk kecil, yang kemudian melayang di sekitar wajah si pria dan membuat suara berdengung kecil.
“Hanya mama dan aku yang boleh mendekati papa.”
“Pa, papa?”
Lyfa mendekat beberapa langkah, dan mendapati sebuah makhluk seukuran telapak tangan. Itu adalah pixie navigasi yang bisa dipanggil dari jendela bantuan. Namun, kalau memang begitu, pixie seharusnya hanya bisa menjawab pertanyaan dasar tentang Game.
Lyfa lupa untuk waspada pada pria itu, dan tatapannya terpaku pada si pixie mungil.....
“Oh, jangan jangan ini........”
Si pria dengan gugup melingkarkan tangannya di sekitar pixie dan merangkulnya erat erat, dengan senyum terpaksa muncul di wajahnya. Lyfa melihat pixie di tangan pria itu dan bertanya:
“Hei, bukankah itu «Private Pixie»?”
“Eh?”
“Itu adalah promosi spesial saat Game ini pertama diluncurkan, ada semacam lotere dan pemenangnya akan menerima Private Pixie. Ini pertamakali aku melihatnya.”
“Ah, aku woo goo!”
Pixie itu mulai mengatakan sesuatu, namun terinterupsi ketika si pria menempatkan jari di mulutnya.
“Ya, ya, kira kira begitu. Aku cukup beruntung dengan lotere.”
“Begitu, fuu......”
Lyfa menatap si pria Spriggan itu sekali lagi, dan menelitinya dari atas sampai bawah.
“A.....ada apa ya?”
“Kamu orang aneh. Kamu jelas jelas memulai Game saat pertamakali diluncurkan, namun kamu masih memakai perlengkapan dasar, tapi anehnya kamu sangat kuat.”
“Ah ini, sebenarnya, akun ini kubuat sejak dulu sekali, namun baru kumainkan akhir akhir ini. Selama itu aku memainkan VRMMO lain untuk waktu yang panjang.”
“Sungguh?”
Lyfa berpikir kalau itu sangat masuk akal. Kalau dia familiar dengan Amusphere karena dia telah memainkan Game lain, maka sangat masuk akal untuk bisa mencapai kecepatan segila itu.
“Selain itu, kamu jelas jelas adalah ras Spriggan, tapi kenapa kamu ada disini? Wilayah rasmu ada jauh di timur kan?”
“Aku......aku kesasar.”
“Kesasar?”
Oleh jawaban payahnya, Lyfa berteriak tanpa sadar.
“Bahkan orang yang tak punya indera jarak itu ada batasnya.......kamu terlalu aneh!”
Tawa meledak dari bagian bawah dadanya saat dia melihat ekspresi aneh pria itu. Setelah beberapa saat, Lyfa meletakkan pedang yang masih di tangannya kembali ke sarungnya dan berkata.
“Oke, yang jelas, aku harus berterima kasih padamu. Terima kasih sudah menolongku, aku Lyfa.”
“Aku Kirito. Dan anak ini adalah Yui.”
Saat pria itu membuka tangannya, pixie terbang keluar dengan pipi membulat dalam ekspresi cemberut. Dia membungkuk pada Lyfa kemudian terbang ke bahu Kirito dan duduk.
Lyfa sedikit kaget saat menyadari kalau dia ingin berbicara pada pria bernama Kirito ini. Tidak aneh baginya untuk mencari teman di dunia ini, karena dia tak pernah dengan sengaja menghindari para pemain lain. Ia tak kelihatan seperti orang jahat, pikir Lyfa, seraya berkata:
“Jadi, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?”
“Itu, aku nggak ada rencana apa apa.”
“Ini.....ah. Baiklah, aku akan mentraktirmu minum buat ucapan terima kasih, mau?”
Setelah mendengar ini, pria muda bernama Kirito tertawa dengan senyum di wajahnya. Lyfa menatap senyumnya dan menyadari kalau itu adalah senyuman tulus. Orang orang yang bisa tertawa dengan begitu terbuka dan menampakkan emosi semacam itu dalam dunia VR sangatlah jarang.
“Itu membuatku senang, aku sebenarnya sedang mencari seseorang yang bisa memberitahuku banyak hal.”
“Banyak hal?”
“Hal hal tentang dunia ini.......khususnya.....”
Dia menghentikan senyumnya dan tatapan matanya berpindah ke arah timur laut.
“Pohon yang disana.”
“World Tree? Tentu, biarpun aku kelihatan begini, aku sebenarnya pemain veteran. Begini, biarpun tempatnya agak jauh, ada desa netral di sebelah utara, mari terbang kesana.”
“Bukankah kota Sylvain itu lebih dekat?”
Lyfa sedikit kaget dan menatap wajah Kirito sebelum menjawab......
“Meskipun itu benar........apa kamu memang nggak tahu apa apa? Kota itu adalah wilayah Sylph.”
“Memangnya apa masalahnya?”
Mendengar Kirito mengatakan itu, Lyfa hampir kehabisan kata kata.
“.....Masalahnya.....dengarkan baik baik. Karena itu adalah wilayah Sylph, kamu takkan bisa menyerang di dalam kota, namun Sylph manapun akan bisa menyerangmu.”
“Ah, begitu. Namun orang orang takkan menyerangku kalau aku bersama Lyfa-san, kan? Aku benar benar ingin melihat negara para Sylph, kudengar tempat itu sangat indah.”
“Panggil saja aku Lyfa. Kamu memang orang aneh. Oke......aku nggak keberatan mencoba, tapi aku nggak bisa menjamin keselamatanmu.”
Lyfa mengguncang bahunya dan membalas. Tapi, mengunjungi ibukota Sylph tercintanya bukanlah hal buruk. Karena para Spriggan jarang terlihat disekitar sini, membawanya denganku mungkin akan memicu sedikit kisruh, pikir Lyfa dengan pikiran penuh ketidaknyamanan.
“Baiklah, kita akan terbang ke Sylvain. Soalnya kita tak punya banyak waktu.”
Ujar Lyfa sambil mengecek jendela untuk melihat waktu di dunia nyata. Saat ini jam empat sore. Dia tak bisa berada dalam “dunia” ini lebih lama lagi.
Lyfa, yang kemampuan terbangnya sudah selesai di-recharge, membentangkan sayapnya yang mulai bersinar dan bergetar dengan lembut. Kirito memiringkan kepalanya ke sisi, terlihat bingung, dan bertanya:
“Lyfa, mungkinkah kamu bisa terbang tanpa controller bantuan?”
“Ah, iya. Kamu?”
“Aku baru berlatih cara memakainya belum lama ini.”
Kirito, menggerakkan tangan kirinya untuk membuat posisi memegang sesuatu.
“Begitu, ada trik untuk «Voluntary Flight». Orang orang yang bisa melakukannya pasti akan segera mampu, mari kita coba. Jangan keluarkan controller kemudian kemudia berbaliklah, jadi punggungmu menghadap ke arahku.”
“Seperti ini?”
Kirito membalik tubuhnya dalam setengah lingkaran, punggungnya tak terlalu lebar, Lyfa mengulurkan jari telunjuknya untuk menyentuh sedikit bagian di atas bilah bahunya. Pixie di bahunya melihat dengan tertarik.
“Tempat yang kusentuh, ingatlah baik baik.”
“Oke.”
“Ini mungkin disebut Voluntary Flight, tapi itu bukan hanya terbang dengan imajinasi. Yang kamu harus lakukan adalah belajar menumbuhkan tulang dan otot virtual yang menjadi sayapmu, kemudian latihlah cara menggerakkannya.”
“Tulang......dan otot virtual.....”
Kirito mengulangi itu dalam suara ambigu. Sambil mengatakan itu, bilah bahunya mulai berkedut. Dari tempat yang Lyfa sentuh, sayap abu abu bergerak melalui bajunya. Awalnya mereka bergerak dengan kaku, namun kemudian menjadi lebih tersinkronisasi dan semua sayapnya mulai bergerak seirama.
“Oh, iya, seperti itu. Pertama gerakkan bahumu dan ototmu untuk memahami perasaan gerakan sayap.”
Usai Lyfa mengatakan itu, otot di punggung Kirito mulai berkontraksi dengan cepat. Dengan itu, sayapnya mulai bergetar dan Lyfa bisa mendengar suara dengungnya.
“Itu dia! Sekarang, lebih kuat lagi!”
“Um um um.”
Lyfa, merentangkan tangannya sepanjang mungkin dan meletakkan tangannya di punggung Kirito sampai sayapnya menghasilkan kepakan yang sesuai. Pada saat itu, Lyfa tiba tiba mendorong punggung Kirito sekuat tenaganya.
“Whoa!?”
Saat berada di udara, Spriggan itu meluncur kencang seperti roket.
“Oh.....Oh....Oh.....Wow!”
Tubuh Kirito menjadi makin kecil dan makin kecil, teriakannya dengan cepat menjadi terlalu jauh untuk didengar. Dengan suara gesekan daun daun, ia dengan cepat lenyap dibalik puncak pohon yang jauh.
“.........”
Lyfa bertukar tatap dengan si pixie yang telah jatuh dari bahu Kirito.
“Oh tidak.”
“Papa.....”
Mereka lepas landas di saat yang sama, dan buru buru mengejar Kirito. Setelah mereka meninggalkan lautan pepohonan, mereka dengan teliti mencarinya di langit malam, dan akhirnya menemukan ia tengah meluncur ke kanan dengan tak stabil sambil menciptakan bayangan di bulan emas.
“Ohohohohohoh.......wawawawawa.........siapa saja hentikan akuuuuuuu!”
Teriakan menyedihkan mematahkan kesunyian malam dan menggema sepanjang langit tanpa batas.
“.....Puu...”
Lyfa dan Yui saling menatap, dan mereka tak kuasa menahan tawa.
“Pfft....huh......hahahah...!”
“Maaf Papa, kamu lucu sekali~~~”
Sambil melayang berdampingan di udara, mereka tertawa sambil memegangi perut. Saat mereka hampir berhenti, mereka mendengar teriakan Kirito, dan tertawa semakin keras.
Lyfa tak bisa mengingat terakhir kali dia bisa tertawa sekeras itu. Ini pasti yang pertama kalinya sejak dia datang ke dunia ini.
Setelah tertawa cukup lama, Lyfa melesat dan menggenggam kerah baju Kirito supaya dia berhenti terbang dan selesai mengajarinya trik melakukan Voluntary Flight. Bagi pemula, Kirito adalah pembelajar yang cepat. Setelah pelajaran selama 10 menit atau entah berapa lama, Kirito akhirnya bisa terbang dengan bebas.
“Oh.......ini........hebat!”
Kirito berteriak selagi terbang berputar dan meluncur.
“Ya, itu benar!”
Lyfa menjawab dengan tersenyum.
“Bagaimana bilangnya ya, ini menyenangkan! Aku ingin terbang selamanya......”
“Itu benar!”
Lyfa juga senang, dia terbang dengan sayap bergetar di orbit yang sama dengan Kirito, dan terbang berdampingan.
“Nggak adil......aku juga!”
Yui mengejar dan mengambil posisi terbang diantara keduanya.
“Kamu harus berlatih meminimalkan pergerakan punggung bawah dan tulang belikatmu sebisa mungkin. Kamu takkan bisa mengayunkan pedangmu dengan baik dalam pertempuran udara kalau kamu membuat terlalu banyak gerakan tidak perlu. Baiklah, mari terbang ke Sylvain seperti ini. Ikut denganku.”
Lyfa melakukan belokan tajam untuk mencari arah penerbangan mereka yang benar, kemudia mulai melesat sepanjang hutan. Dia mulai merasa cemas kalau dia terlalu cepat bagi penerbang pemula Kirito, sehingga dia menurunkan kecepatannya hanya untuk mendapati kalau Kirito sudah menyusulnya. Ia menatap Kirito dan mendengarnya berkata:
“Kita bisa melaju lebih cepat kalau kamu mau.”
“Ho ho.”
Senyum Lyfa menjadi seperti predator saat dia melipat sayapnya dengan sudut tajam dan mulai mempercepat lajunya. Kirito mendengar suara yang dihasilkan oleh kekuatan sayapnya dan berakselerasi untuk bisa mengejarnya. Tekanan angin yang menghajar tubuhnya meningkat, dan kecepatan dari angin membuat pendengarannya agak kabur.
Yang mengejutkan, Lyfa sudah mencapai 70% kecepatan maksimumnya dan Kirito masih bisa menyusul di sisinya. Kebanyakan orang, saat mereka mencoba mencapai kecepatan top yang dipasang oleh sistem mendapati kecepatan mereka semakin menurun, mungkin karena semacam tekanan psikologikal. Kalau Kirito mampu melawan tekanan semacam ini pada penerbangan pertamanya......dia pasti memiliki kekuatan mental diluar kewajaran.
Lyfa menutup mulutnya, dan mulai berakselerasi pada kecepatan maksimum. Dia belum pernah terbang pada kecepatan seperti ini sebelumnya, lantaran semua rekan rekan timnya tak ada yang bisa menyaingi kecepatannya.
Saat ini pepohonan di bawahnya nampak bagai aliran arus deras dan dengan cepat lenyap dibelakang mereka. Getaran dari sayap Sylphnya, membuat suara yang mirip dengan suara bernada tinggi dari instrumen bersenar, bercampur dengan sayap Spriggan Kirito, yang terdengar seperti instrumen tiup, keduanya membentuk duet yang indah.
“Ah....terlalu.....cepat! Nggak bisa mengejar!”
Yui berteriak, kemudian menyerbu ke dalam saku baju Kirito. Kirito dan Lyfa saling bertukar tatap dan tertawa.
Saat ia menyadari, hutan telah berakhir di belakangnya, dan titik titik cahaya bermunculan. Cahaya tercerah datang dari menara pusat. Itu adalah simbol ibukota Sylph Sylvian, yakni “Tower of The Wind”. Kota semakin dekat, dan di jalanan utama, ada sejumlah besar pemain yang datang dan pergi.
“Oh, aku melihatnya!”
Kirito berbicara sambil melawan arus angin.
“Kita mendarat di basis menara di tengah, oh!”
Lyfa tiba tiba menyadari sesuatu dan senyum di wajahnya menjadi kecut.
“Kirito-kun, apa kamu tahu cara mendarat?”
“.........”
Kirito berkata dengan wajah meringis.
“Entahlah.”
“Aduh........”
Pada saat ini, separuh bidang pandang Lyfa sudah dikuasai oleh menara raksasa.
“Maaf, sudah terlambat, semoga berhasil!”
Dengan senyum meminta maaf, dia mulai memperlambat kecepatannya untuk mendarat. Lyfa membentangkan sayapnya untuk mengerem maksimal dan meletakkan kakinya di depannya dan memulai proses pendaratan.
“Sungguh bodoh.........”
Si Spriggan berteriak, dengan Lyfa hanya bisa menontonnya melesat ke arah dinding terluar menara. Lyfa berharap dengan tulus semoga Kirito selamat dalam pendaratannya.
Setelah beberapa detik, BANG!! Suara tabrakan memilukan mengguncang udara.
“Hum, Lyfa kejam sekali, kupikir aku baru mendapat trauma penerbangan.”
Di bagian bawah menara, Kirito tengah duduk di tengah tengah kebun bunga tempat dia menabrak.
“Mataku berputar putar........”
Si pixie yang duduk di bahunya tengah terhuyung huyung dengan pucat. Lyfa meletakkan tangannya di pinggangnya, menekan tawanya dan membalas,
“Kamu terlalu penuh antusias. Aku justru kaget kalau kamu masih hidup, kupikir kamu tadi pasti mati.”
“Ah, itu terlalu berlebihan.”
Kirito menabrak dinding menara sambil terbang secepat yang Game izinkan, dan hanya separuh bar HP-nya yang tersisa. Entah apakah itu karena dia memang memiliki badan yang kuat atau hanya karena beruntung, namun dia adalah perwujudan dari banyak misteri bagi seorang pemula.
“Oke oke, aku akan menyembuhkanmu.”
Lyfa melafalkan mantra penyembuh sambil mengulurkan tangannya. Cahaya biru laut menyebar dari telapak tangannya dan perlahan jatuh ke tubuh Kirito.
“Oh, hebat. Jadi ini sihir.”
Kirito dengan penasaran melihat lihat tubuhnya yang dijatuhi oleh cahaya kebiruan seperti salju.
“Hanya ras Undine yang bisa dengan mudah memakai sihir tipe-penyembuh. Namun itu mantra yang sangat penting jadi kamu harus mempelajarinya.”
“Jadi tiap tiap ras memiliki kekuatan dan kelemahan di bidang sihir? Lalu apa kekhususan dari ras Spriggan?”
“Ada dua: sihir yang memandu dalam menemukan harta karun dan sihir ilusi. Karena keduanya tak berguna dalam pertarungan, Spriggan menjadi ras yang paling tidak populer.”
“Ahhhh........seharusnya saat itu aku berpikir masak masak.”
Kirito mengangkat bahunya, berdiri, dan menoleh untuk melihat kota.
“Oh, ini kota Sylph. Tempat yang indah sekali.”
“Iya kan?”
Lyfa sekali lagi mengamati kota asal yang telah ia tinggali untuk begitu lama.
«Sylvain», juga dikenal sebagai «Ibukota Emerald», adalah kota yang sesuai dengan namanya. Puncak puncak menara dari beragam pepohonan hijau disertai koridor berangin yang menghubungkan jalanan. Memancar dari tiap tiap menara adalah cahaya hijau gelap brilian yang memberikan kota kesan kerajaan fantasy. Dibalik «Tower of Wind» terdapat «Lords Mansion», sebuah bangunan menakjubkan, yang Lyfa yakini paling superior dibandingkan seluruh bangunan dalam ALfheim.
Mereka dengan tenang melihat kota cahaya itu, mengawasi aliran orang orang yang datang dan pergi, dan tiba tiba suara sapaan datang dari arah kanan.
“Lyfa-chan, kamu selamat!”
Menoleh kesamping, aku melihat Sylph berambut kuning yang melambaikan tangannya dan berlari ke arah kami.
“Ah, Recon. Ya, entah bagaimana aku bisa selamat.”
Recon memandang Lyfa dengan mata berbinar binar.
“Memang, kamu sangat hebat, dikelilingi begitu banyak musuh namun masih bisa lolos dalam kondisi utuh......oh.....”
Recon akhirnya menyadari sosok berbaju hitam yang berdiri di samping Lyfa, dan membeku dengan mulut menggantung terbuka selama beberapa detik.
“Bukankah dia Spriggan? Kenapa dia ada disini?”
Ujar Recon sambil melompat ke belakang dengan panik, tangannya hendak memegang gagang pisau yang menggantung di pinggangnya hanya untuk dihentikan oleh Lyfa.
“Tenanglah Recon. Dia adalah alasan aku selamat.”
“Hah?”
Lyfa menunjuk Recon dan berkata pada Kirito:
“Ini Recon. Dia rekanku, namun dibunuh oleh para Salamander tepat sebelum aku menemuimu.”
“Aku prihatin mendengarnya. Senang bertemu denganmu, aku Kirito.”
“Oh......ah, senang bertemu denganmu.”
Recon menjabat tangan Kirito dan mengangguk.
“Sekarang bukan waktunya untuk ini!”
Recon melompat ke belakang.
“Apa dia orang baik Lyfa-chan? Mungkin dia mata mata?”
“Awalnya kupikir juga begitu, tapi dia terlalu kikuk untuk bisa menjadi mata mata.”
“Ah, itu kejam sekali.”
Lyfa dan Kirito tertawa, Recon menatapnya dengan curiga, dan akhirnya, menjernihkan tenggorokannya sebelum berkata:
“Lyfa-chan, Sigurd dan yang lain sedang menantimu di «Aula Narcissus», mereka siap mendistribusikan barang barang buruan kita.”
“Oh.....aku paham.....oke.....”
Saat kau dibunuh oleh musuh, 30% dari item non-equipment dalam kepemilikanmu akan “dicuri” oleh pemain musuh. Item apa yang diambil diputuskan secara acak. Namun, di dalam party terdapat sesuatu bernama Insurance Frame yang secara otomatis akan mentransfer item dari pemain yang terbunuh ke anggota party mereka.
Hari ini, karena Lyfa adalah anggota terakhir dari party mereka yang masih hidup, Insurance Frame mentransfer seluruh item mereka kepada kepemilikan Lyfa. Karena itu para Salamander begitu mati matian dalam mengejarnya. Jadi, karena Kirito-lah seluruh kerja keras mereka berhasil sampai di Sylvain.
Hal itu telah menjadi tradisi diantara Lyfa dan rekan rekannya untuk bertemu di toko familiar, Aula Narcissus, untuk mendistribusi ulang semua item yang mereka dapatkan selama berburu. Namun, Lyfa sedikit merasa tak enak dan berkata pada Recon:
“Aku nggak ikut serta hari ini. Toh nggak ada item yang cocok dengan skill-ku. Akan kuberikan padamu supaya dibagi bagi dengan keempat anggota party lainnya.”
“Eh? Lyfa-chan nggak datang?”
“Ah, aku sudah janji pada Kirito untuk mentraktirnya minum minum untuk balas budi menolongku.”
“....”
Saat Recon kembali menatap Kirito, ia kembali memasang wajah curiga – dengan bentuk yang sedikit berbeda.
“Hei, jangan mikir yang aneh aneh.”
Lyfa menendang Recon setelah mengatakan itu. Dia membuka jendela item trade-nya dan memindahkan semua buruan hari ini pada Recon.
“E-mail aku saat kamu siap untuk perburuan selanjutnya. Kalau aku bisa pergi. Yang pasti, good job.”
“Ah, Lyfa-chan........”
Entah kenapa merasa malu, Lyfa dengan paksa memutus percakapan, menggenggam lengan baju Kirito, dan berjalan menjauh.
“Laki laki yang tadi, apa dia kekasih Lyfa?”
“Atau dia pacarmu?”
“Phtttt?”
Yui yang memunculkan kepalanya dari saku Kirito, adalah seorang yang menaikkan suaranya dan bertanya tepat setelah Kirito. Kaki Lyfa nampak bengkok, dan sayapnya tiba tiba membentang yang membuatnya sedikit kehilangan keseimbangan.
“Nggak.......sama sekali nggak benar, kami hanya anggota party.”
“Tapi hubungan kalian kelihatan dekat sekali.”
“Aku mengenalnya di dunia nyata, dia adalah teman sekelasku di sekolah, nggak lebih dari itu.”
“Eh, itu pasti menyenangkan.......bermain VRMMO bersama teman sekelas.”
Mendengar Kirito mengatakan itu dengan nada iri, Lyfa memandangnya dengan sedikit mengernyit.
“Yah, ada beragam kejahatan juga........itu membuatmu teringat hal yang dinamakan pekerjaan rumah.”
“Ha ha ha, begitu.”
Mereka berjalan menuruni jalan selagi mengobrol seperti itu. Dari waktu ke waktu mereka menemui pemain Sylph lain, dan usai melihat rambut hitam Kirito mereka menampakkan ekspresi kaget, namun karena melihat Lyfa ada di sampingnya mereka memilih diam dan terus berjalan. Lyfa tak terlalu aktif, namun dia telah memenangkan turnamen pertarungan Sylvain beberapa kali, sehingga dia sangat terkenal dan populer.
Akhirnya, mereka sampai di penginapan kecil dan sederhana bernama «Lily of the Valley Pavillion». Ini adalah salah satu lokasi favorit Lyfa untuk makan karena mereka menjual hidangan yang lezat.
Saat Lyfa membuka pintu dan melihat kedalam, ia mendapati kalau toko cukup ramai oleh beberapa pemain. Karena saat ini sudah sore hari di dunia nyata, restoran akan menjadi sibuk karena para pemain akan memesan banyak minuman setelah mereka kembali dari berpetualang.
Mereka duduk berhadap hadapan di meja di dekat jendela.
“Karena aku yang mentraktirmu, pilih apa saja yang kamu mau.”
“Apa nggak apa apa?”
“Jangan makan terlalu banyak atau kamu akan menyesalinya saat sudah waktunya log out dan makan malam.”
Ujar Lyfa sambil melihat beberapa hidangan lezat yang terdaftar pada menu.
Fenomena ini sangat aneh. Entah kenapa kalau kau makan di ALO itu akan memproduksi kesan palsu berupa perut kenyang, dan perasaan ini tak segera menghilang bahkan ketika kembali ke dunia nyata. Bagi Lyfa, salah satu pesona VRMMO adalah dia bisa memuaskan selera makanan manisnya tanpa harus mencemaskan kalori. Dia harus berhati hati untuk tak makan terlalu banyak karena ibunya pasti akan marah kalau dia tak makan apa apa.
Menderita oleh kekurangan nutrisi atau memakai efek ini untuk diet sangatlah buruk. Bahkan sesekali terdapat berita, bahwa terdapat sejumlah pemain yang begitu kecanduan dengan Game sampai mereka lupa makan dan menderita kekurangan gizi sampai setengah mati.
Akhirnya, Lyfa menunjuk menu dan memesan tart buah bavarian. Kirito memesan sepotong pie buah dan sebotol wine berbumbu, dan yang mengejutkan, Yui memesan biskuit keju. Pelayan NPC segera membawakan pesanan kami ke meja dan mengaturnya di depan kami.
“Juga, sekali lagi, terima kasih karena sudah menolongku.”
Mendentingkan gelas wine hijau misterius dengan Kirito, Lyfa meminum segelas penuh cairan dingin dan itu terasa menyejukkan kerongkongan keringnya. Kirito juga meminum gelasnya dalam satu tegukan, tertawa dengan malu dan berkata:
“Oh iya, ada sesuatu yang mau kutanyakan........apa kita sedang dalam kondisi berperang? Apa tipe kelompok PK semacam itu umum?”
“Ah, sejak awal hubungan diantara Salamander dan Sylph sudah buruk. Wilayah kami saling diperebutkan dan kami biasanya berkompetisi untuk mencari sumber daya di wilayah netral yang sama. Maka dari itu, persaingan ketat ini semakin memburuk dan akhirnya kedua ras saat ini dalam kondisi berperang. Namun, PK terorganisir semacam itu hanya terjadi baru baru ini. Aku yakin kalau mereka akan menyerang World Tree dalam waktu dekat.”
“Oh iya, aku mau tanya padamu tentang World Tree.”
“Ah iya, kamu mengatakan hal itu sebelumnya. Tapi kenapa kamu begitu ingin tahu?”
“Aku ingin menuju puncak World Tree.”
Kaget, Lyfa memandang Kirito dan menatap lekat lekat wajahnya. Tatapan serius di matanya menandakan kalau ia tidak bercanda.
“Itu memang hal yang semua pemain inginkan, setidaknya itulah menurutku. Itu adalah quest utama dalam Game ALO.”
“Kenapa begitu?”
“Kamu tahu kalau ada batas waktu untuk kamu bisa terbang, kan? Tak peduli ras manapun itu, waktu penerbangan hanya sekitar 10 menit. Namun, ras pertama yang berhasil mencapai «City in the Air» di puncak World Tree akan mampu menemui Raja Peri «Oberon» dan akan terlahir kembali sebagai ras yang lebih tinggi, «ALF». Ras peri ini tak memiliki batas waktu penerbangan, dan akan bebas untuk terbang mengarungi langit, selamanya kalau mereka mau.”
“....begitu......”
Kirito menggigit pie buahnya dan mengangguk.
“Itu memang cerita yang mengesankan. Apa kamu tahu metode untuk bisa sampai ke puncak World Tree?”
“Didalam World Tree, akar akarnya membentuk kubah raksasa. Terdapat pintu masuk ke Kota Udara di puncaknya, namun untuk mencapai pintu masuk itu kamu harus melewati semua pasukan NPC penjaga. Sampai sekarang, banyak kelompok telah mencoba melewati kubah itu, namun mereka semua dengan cepat dikalahkan. Salamander saat ini adalah ras yang paling kuat, mereka juga memiliki banyak simpanan uang, dan mereka juga yang paling banyak memperdagangkan perlengkapan dan item. Kupikir mereka akan jadi ras pertama yang berhasil mencapai puncak World Tree.”
“Apa semua penjaga disana sangat kuat?”
“Amat sangat kuat. Pikirkan sekali lagi, ALO mulai mengudara sekitar setahun lalu. Jenis quest macam apa yang tak bisa kamu selesaikan dalam satu tahun?”
“Itu pasti.......”
“Faktanya, tak berapa lama sebelumnya, sebuah informasi ALO terkenal di web site meluncurkan sebuah petisi, yang meminta agar RECTO Progress menyetel ulang keseimbangan dalam Game.”
“Wow, dan lantas?”
“Tentu saja, mereka memberi jawaban biasa. ‘Game ini telah dioperasi dengan keseimbangan yang sesuai’ bla bla bla. Belakangan ini, bahkan ada opini kalau World Tree tak bisa ditaklukkan menggunakan metode saat ini.”
“Mungkin ada beberapa poin kunci dalam quest ini yang belum diketahui, atau tidak mungkinkah untuk menaklukkan World Tree hanya dengan satu ras?”
Tangan Lyfa, yang memasukkan tart ke mulutnya, mendadak berhenti, sambil menembakkan tatapan tajam pada Kirito.
“Oh, idemu bagus juga. Kalau kita melewatkan sebuah Quest, kita tinggal mencari poin kuncinya. Tapi pertanyaan keduamu itu mustahil.”
“Mustahil?”
“Ada sesuatu yang salah dengan opinimu. ‘Hanya ras pertama yang berhasil sampai’. Apa kamu pikir beberapa ras akan bekerja bersama untuk menaklukkan World Tree dengan poin seperti itu?”
“Berarti maksud kamu adalah.........mustahil untuk bisa mencapai puncak World Tree?”
“Kupikir begitu. Apalagi, masih ada banyak quest quest lain, seperti menguasai skill sampai meningkatkan produksi item, dan masih banyak yang lain. Tapi, aku takkan menyerah, atau kita tak akan pernah tahu kebahagiaan dari penerbangan sejati. Jadi, meski perlu bertahun tahun, aku pasti........”
“Tapi, itu terlalu lama.”
Kirito berujar dengan nada sunyi. Lyfa terkejut oleh keputusasaan dalam suara itu dan menatap Kirito. Ia mendapati alisnya kusut dan giginya bergeretak begitu keras sampai seluruh tubuhnya bergetar.
“Papa........”
Memegang biskuit keju di kedua tangan dan mengigit kecil kecil, si pixie berhenti makan dan meletakkan makanannya. Kemudian dia terbang untuk duduk di bahu Kirito, dan memegang lehernya untuk menghiburnya. Akhirnya, ketegangan sedikit surut dari tubuh Kirito.
“......Maaf sudah mengejutkanmu.”
Ujar Kirito dengan nada rendah.
“Tapi aku........aku benar benar harus mencapai puncak World Tree.”
Mata gelap yang bersinar dengan brilian seperti pedang yang dipoles itu menatap mata Lyfa, jantung Lyfa mulai berdegup kencang di dadanya. Lyfa meneguk winenya untuk sedikit menenangkan diri dan berkata:
“Kenapa kamu harus berbuat sejauh itu?”
“Aku sedang mencari seseorang.”
“Apa maksudmu?”
“Itu sesuatu yang tak bisa kujelaskan dengan sederhana.”
Kirito tersenyum pada Lyfa, namun matanya menampakkan keputusasaan mendalam. Dimana aku pernah melihat mata seperti itu sebelumnya?
“Lyfa......makasih, pelatihanmu sudah banyak menolongku. Terima kasih sudah mentraktirku. Aku senang kamu orang pertama yang kutemui disini.”
Lyfa tanpa sadar menggenggam pergelangan tangan Kirito saat dia berdiri.
“Hei, tunggu sebentar.......apa kamu memang berniat menuju ke World Tree?”
“Ya, ini sesuatu yang harus aku saksikan dengan mataku sendiri.”
“Itu gila, kalau kamu melakukan itu. Tempat itu sangat jauh. Juga ada banyak monster kuat dari sini hingga World Tree. Aku tahu kalau kamu kuat, tapi.......”
Oh, dia berpikir sejenak dan ucapan itu kemudian meluncur dari mulutnya.
“Kalau begitu, aku juga akan mengajakmu kesana.”
“Oh?”
Mata Kirito terbuka lebar lebar.
“Nggak, tapi, aku tak seharusnya merepotkan orang yang baru saja kutemui.......”
“Ya, aku sudah melewati gerbang keputusan!”
Lyfa memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan pipinya yang menjadi panas. Dalam ALO, karena terdapat sayap untuk terbang, jenis perpindahan seketika yang lain tidak ada. Sehingga, bepergian ke pusat dunia, World Tree, dan ibukota ALfheim, «Aarun» tak ubahnya bepergian di dunia nyata. Lebih jauh lagi, menawarkan bepergian dengan pria muda yang baru dia temui beberapa saat lalu, ini adalah sesuatu yang bahkan Lyfa anggap sangat luar biasa.
Tapi—kenapa.......aku hanya merasa tak bisa membiarkannya sendiri.
“Apa kamu akan ada disini besok?”
“Oh.....iya.”
“Kalau begitu jam 3 sore. Aku harus pergi sekarang. Kalau kamu mau log out, maka pakailah kamar di «Lily if the Valley Pavilion». Kalau begitu, sampai jumpa besok.”
Setelah itu, Lyfa membuka menu dengan mengibaskan tangan kanannya. Sebagai Sylph, dia bisa segera log out dari tempat manapun di dalam teritori ini, sehingga dia menekan tombol log out.
“Ah, tunggu!”
Kirito mengangkat kepalanya untuk menghadap Lyfa dan berkata dengan senyum:
“Terima kasih.”
Lyfa juga tersenyum dan mengangguk, kemudian dia menekan tombol OK. Dunia terselimuti oleh warna warna pelangi, kemudian menjadi gelap. Tubuh Lyfa perlahan pudar, hanya panas di wajahnya dan degup jantungnya yang sampai ke dunia nyata.
Ia perlahan membuka matanya.
Poster familiar yang melekat di langit langit kamarnya memasuki bidang pandangnya. Ini adalah screenshot diperbesar yang sudah ia cetak. Poster itu menampilkan langit tiada batas, burung yang terbang bebas, dan gambar tengah seorang gadis peri terbang dengan rambut panjang dikuncir kuda.
Kirigaya Suguha mengangkat tangannya ke kepalanya dan melepas helm Amusphere. Dengan hanya dua cincin keamanan di setiap sisinya mesin itu nampak lebih rapuh dibandingkan generasi pertamanya, Nerve Gear, nampaknya sangat mewah bagi banyak orang, namun juga memberi kesan lebih kecil sebagai mesin pengikat.
Biarpun dia sudah kembali ke dunia nyata dari dunia palsu, pipinya tak menunjukkan tanda mendingin. Suguha duduk di atas ranjang, tangannya mencubit pipinya, dan sebuah teriakan menggema di kedalaman hatinya.
......Wuwa!
Sudah terlambat sekarang, ia merasakan rasa malu yang teramat sangat oleh tindakannya, dan semakin menyadari betapa beraninya ia saat itu. Sebelum dia mulai bermain, teman sekelasnya, Nagata Shinichi a.k.a. Recon, memberitahunya kalau selama dia bertransformasi menjadi Lyfa, keberaniannya akan meningkat lima puluh persen. Dia tak pernah menduga kalau hal itu akan menuntun pada kebiasaan ekstrim yang ia tampilkan hari ini. Suguha merasa tersipu untuk sesaat, sambil menendang nendang dengan kedua kakinya.
Ia adalah pria muda misterius. Bukan, sebagai pemain tak mungkin mengetahui usianya, namun intuisi Suguha memberitahunya kalau usia mereka hanya sedikit berbeda. Namun pria itu secara mengejutkan memiliki pembawaan sangat tenang, dan tak ada kebiasaan jahat atau kata kata nakal, jadi dia semakin merasa tak yakin.
Bukan hanya karakternya sangat menawan, namun dia juga sangat kuat. Begitu kuatnya sampai kalau mereka bersilang pedang, dia pasti akan kalah telak. Dalam satu tahun masa bermainnya, ia adalah orang pertama yang Suguha temui yang bersikap seperti itu. Suguha melafalkan namanya:
“Kirito-kun, hmmm.”
Aku ingin melihatnya sendiri, dunia ilusi itu, pikir Suguha untuk yang pertama kalinya setahun setelah insiden SAO.
Sebelum itu, bagi Suguha, Game VRMMO ia anggap terkutuk, karena sudah merebut kakaknya, ia tak memiliki kata kata yang bisa mengungkapkan kemarahannya. Namun saat memegang tangan Kazuto di bangsal rumah sakit dan mencoba mengingat ucapan dan memori tentang dia, rasa penasaran muncul tentang hal macam apa yang membuat Kazuto begitu tertarik sampai berakhir dalam kondisi seperti ini. Dia ingin tahu lebih banyak tentang Kazuto—karena pemikiran itu ia memutuskan untuk melihatnya sendiri, karena dia menganggap kalau itulah satu satunya cara untuk mempersempit celah antara dia dan kakaknya.
‘Aku ingin Amusphere’. Pinta Suguha pada Ibunya. Midori menatap Suguha dan mengangguk perlahan ‘Tapi hati hatilah memakainya dan jangan memakainya terlalu berlebihan dan perhatikanlah kesehatan tubuhmu’ Ujar Ibunya, sambil tertawa.
Esok harinya, sepanjang istirahat siang, ia mendapati dirinya berdiri di depan Nagata Shinichi. Ia adalah seseorang yang dikenal sebagai maniac dan merupakan Gamer terbaik di kelasnya. Suguha mendatangi mejanya dan memintanya datang ke atap sekolah. Pada saat itu seluruh kelas dicekam kebisuan, hanya untuk pecah oleh suara suara keras.
Di atas atap, Suguha menatap Nagata Shinichi yang matanya bersinar dalam harapan sambil membeku berkata ‘Aku ingin kamu mengajariku cara bermain VRMMO’. Nagata mendengar ini dan membuat semua macam wajah komikal selama beberapa detik, kemudian bertanya apa yang Suguha ingin tahu.
Suguha tak bisa mengorbankan terlalu banyak waktu belajar dan latihan kendonya. Usai mendengar ini, Nagata berkata ‘Jadi, sesuatu yang nggak terlalu menyita waktu dan bergantung pada skill pemain kan?’ dan sejumlah pertanyaan lain. Yang ia rekomendasikan adalah ALfheim Online.
Dia tak mengetahui Nagata akan mulai bermain ALO dengannya. Namun, karena semua pelajaran melelahkan darinya, Suguha berhasil beradaptasi dalam Game dengan kecepatan menakjubkan, dan dia mendapati kalau dia sangat handal dalam bermain Game. Ada dua alasan untuk ini:
Alasan pertama adalah bahwa Suguha terus berlatih kendo selama bertahun tahun dan skill yang ia pelajari darinya sangat efektif dalam pertempuran di SAO.
Secara umum, pertarungan diantara pemain tak ikut menghitung hindaran. Umumnya, pemain hanya menyerang musuh dan menyerangnya secara bergiliran, dan ini akan terus berlanjut sampai salah satu pemain tak bisa bertarung lagi atau mati. Namun Suguha, karena latihan panjangnya, bisa dengan mudah menghindari atau menangkis serangan yang diarahkan padanya. Tentu saja, serangan kuatnya juga dihitung.
Untuk tambahan, ALO bukan Game berbasis level. Sehingga meski ia logging lebih sedikit dari kebanyakan pemain berpengalaman, ia mampu menandingi sejumlah petarung terbaik dalam ALO. Faktanya, parameter numerik Lyfa hanya rata rata dan lebih rendah dari kebanyakan pemain lama, namun karena ALO adalah sistem yang berbasis skill, ia dianggap sebagai salah satu pemain Sylph terkuat.
Alasan kedua Suguha memainkan ALO adalah kemampuan untuk terbang yang sangat unik pada Game ini.
Suguha masih mengingat saat pertamakalinya ia berhasil menguasai Voluntary Flight, sensasi itu sangat sulit dilupakan.
Suguha sering terdorong dengan batasan fisik dalam pertandingan kendo, ingin bergerak lebih cepat, menyerang lebih kuat, dan melaju lebih jauh. Karena itu saat dia berhasil menguasai Voluntary Flight, dan mampu terbang dan memakai kedua tangannya untuk memegang pedang, saat ia mampu menampilkan jurus tikaman jarak ultra-panjang, ia merasakan kenikmatan yang tak terjelaskan. Disamping ini, melakukan melakukan selaman curam atau terbang dengan kawanan burung juga sangat menarik baginya.
Bagi Recon yang memiliki masalah penerbangan, ia menyebut Suguha “Penggila Kecepatan” dan nama nama lain. Itu mungkin karena Suguha sangat menikmati penerbangan di ALO.
Setelah satu tahun, Suguha sudah dianggap sebagai pemain VRMMO yang matang. Biarpun Suguha awalnya bermain ALO agar bisa lebih dekat dengan kakaknya, namun ia akhirnya telah jatuh cinta pada dunia virtual itu.
Dan saat Kazuto kembali, Suguha ingin berbicara padanya tentang ALO dan semacamnya, namun saat ia melihat bayangan melintasi mata Kazuto, ia tak bisa melakukan hal itu.
Insiden SAO, Suguha menganggap pengalama tragis ini mempengaruhi kecintaan Kazuto pada dunia virtual. Ia memang masih memiliki Nerve Gearnya, namun benda itu hanya tergeletak di kamarnya dengan SAO rom seperti barang hiasan.
Bagi Kazuto, insiden SAO mungkin masih belum berakhir. «Orang itu» masih belum bangun, dan dia terus tertidur.
Pemikiran itu membuat hati Suguha kacau bukan main. Seperti kemarin, dia tak ingin melihat Kazuto dalam keputusasaan tanpa akhir seperti itu, Kazuto bahkan sering menangis. Suguha ingin melihatnya tertawa lagi, untuk alasan itu, dia ingin orang itu bangun sesegera mungkin.
Pada poin ini, Kazuto sudah mencapai poin dimana tangan Suguha tak lagi bisa mencapai hatinya.
Sekarang, mereka lebih seperti adik dan kakak kandung. Kalau memang begitu, Suguha berharap agar tak pernah menyadari perasaan sejatinya. Perasaannya untuk memiliki Kazuto bagi dirinya sendiri takkan pernah terwujud.
Berbaring di ranjang, mengamati poster ALfheim, Suguha bertanya tanya kenapa manusia tak memiliki sayap di dunia nyata. Kenyataannya, kalau kita bisa terbang bebas di langit, mungkin akan ada cara meluruskan benang kusut yang mengikat hatinya.
Kirito duduk di kursinya sambil menatap ke arah gadis Sylph, Lyfa, yang duduk beberapa menit yang lalu dengan ekspresi sedikit bingung.
“Apa yang terjadi padanya?”
Setelah mendengar ini, Yui, yang masih duduk di bahunya, memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung dan berkata:
“Mana tahu, aku yang sekarang nggak punya kemampuan memonitor mental.”
“Hmm. Tapi aku menghargai tawarannya untuk menjadi pemandu.”
“Aku tahu petanya. Memang benar kalau potensial bertarung kita akan meningkat dengan lebih banyak orang, namun......”
Yui berdiri, meletakkan wajahnya di telingaku, dan berkata.
“Papa, kamu tidak boleh selingkuh.”
“Nggak akan, nggak akan.”
Melihatku menggeleng kepalaku oleh peringatan itu, Yui terbang dan mendarat di meja sambil tertawa, dan mengambil biskuit yang sudah setengah dimakan dengan kedua tangannya.
“Huh, sebenarnya kamu hanya menggodaku kan?”
Kirito mengambil wine rempahnya dan meminumnya dari botol.
Namun, aku harus waspada. Aku bukannya selingkuh, dia—Lyfa hanyalah karakter dalam Game, dia mungkin punya kepribadian berbeda di dunia nyata.
Untuk waktu yang lama, dunia virtual menjadi dunia nyataku. Namun, ide tentang pembagian karakter itu sama sekali tiada berarti, kejahatan dan kebaikan itu nyata. Aku takkan bisa bertahan hidup kalau tak memikirkan tentang hal itu.
Namun masalahnya berbeda disini. Para pemain itu, dalam satu hal, agak berbeda. Mereka datang kemari dan memainkan peran berbeda beda dengan nilai berbeda beda. Para pencuri menyerang, merampok, dan membunuh namun kebalikannya, mereka tidak dihukum, namun justru dihormati.
“Susah juga, VRMMO itu.”
Kirito tanpa sadar mendesah oleh kata kata yang ia ucapkan dengan senyum pahit. Setelah meletakkan botol kosong, ia mengambil Yui yang sedang makan biskuit yang seukuran dengannya, dan meletakkannya di bahunya. Ia meninggalkan meja dan memutuskan untuk kembali ke dunia nyata.
Dalam MMORPG, terdapat konflik antara ‘kemudahan’ dan ‘keadilan’ mengenai Log Out.
Dengan kata lain, harus dirancang agar orang orang yang memiliki urusan darurat seperti janji atau harus mengurus tubuh fisiknya di dunia nyata bisa dengan cepat meninggalkan Game. Namun, di sisi lain, hal itu harus di-set up agar tak bisa digunakan untuk kabur dari situasi pertarungan atau mencegah pencurian. Untuk alasan ini, kebanyakan MMO memasang pembatasan dan syarat tertentu untuk log out. ALO bukan perkecualian, para pemain bisa Log Out dari mana saja hanya di wilayah ras mereka. Diluar itu, karakter mereka akan tetap dalam kondisi ‘tak bernyawa’ selama beberapa menit dan akan rentan oleh serangan dan pencurian.
Diluar wilayah rasmu, kalau kau menginginkan log out instan, kau harus memakai item seperti perangkat kemah atau menyewa kamar. Aku memutuskan mengikuti saran Lyfa untuk memakai lantai kedua dari “Lily of the Valley Pavillion” untuk log out.
Setelah mengecek di counter, aku memanjat anak tangga ke lantai kedua. Aku membuka pintu ruang tertentu, dan menampakkan ruangan sederhana dengan hanya satu ranjang dan sebuah meja. Itu adalah pemandangan yang memberiku rasa deja vu kuat. Sebelum aku membeli rumah di Aincrad, aku sering memakai kamar semacam ini.
Aku membuka jendela untuk merasakan udara segar. Pada poin ini aku akan mampu log out tanpa khawatir, namun pada akhirnya memilih memakai metode ‘sleep off’ untuk keluar. Jadi aku melepas senjataku dan berbaring di ranjang.
Masalah kecil terjadi saat memainkan VR Game memakai FullDive. Saat kau bermain Game FullDive, inderamu dibawa ke dunia virtual, sehingga saat kau log out inderamu dikembalikan ke tubuh aslimu. Jadi, kalau kau tiba tiba mengubah dari berdiri ke berbaring, maka akan terjadi rasa vertigo yang kuat. Pernah terjadi sebelum aku bermain SAO saat aku memakai simulator penerbangan dengan FullDive, aku berputar dengan cepat dalam nose dive, dan saat aku menekan tombol log out dan kembali ke dunia nyata, aku diserang oleh rasa vertigo yang sangat kuat dan mataku berputar dengan kencang.
Untuk mencegah gejala semacam itu lebih baik sign out dengan cara ‘sleep off’, dengan kata lain, tertidur lelap. Saat kau tertidur lelap di dunia virtual kau akan secara otomatis ter-log out dan dikirim kembali ke dunia nyata.
Aku berbaring di ranjang saat Yui selesai memakan biskuitnya dan mendarat di lantai dengan suara kepakan lembut. Usai mendarat, Yui kembali ke wujud aslinya dengan rambut hitam panjang, gaun putih salju, dan aroma menawan yang beterbangan di udara.
Yui, dengan kedua tangan disembunyikan dibalik punggungnya, menoleh padaku dan berkata.
“....Aku takkan melihatmu sampai besok kan? Papa.”
“....Maaf....padahal kita akhirnya bertemu lagi. Aku akan segera kembali....kembali menemui Yui.”
“Itu.....”
Yui berkedip kedip, dengan wajah memerah.
“Papa, sampai kamu log out bisakah kita tidur bersama?”
“Eh.”
Aku memasang senyum sadar-diri di wajahku. Aku adalah Papa bagi Yui. Sebagai AI, dia akan terus mengembangkan pengalamannya dengan terekspos pada data data baru. Jadi permintaan semacam itu tak membuatku marah, namun, sikap dan kata katanya sudah cukup untuk membuatku gugup. Tapi tetap saja, kupikir dia adalah gadis yang cantik.
“Aku paham, kamu boleh melakukannya.”
Aku mengesampingkan rasa maluku dan bergerak ke dinding untuk memberi tempat berbaring baginya. Yui, yang memasang senyum bahagia, melompat ke ranjang.
Dengan wajahnya merapat ke dadaku, aku perlahan membelai lembut rambutnya dan berbisik:
“Aku akan secepatnya menolong Asuna dan setelah itu mari membeli rumah di dunia ini juga. Apa ada rumah bagi pemain di dunia ini?”
Yui menolehkan kepalanya ke sisi dan mulai mengangguk perlahan dan berkata:
“Harganya cukup mahal, tapi memang tersedia. Serasa bagai mimpi, bagi kita bertiga, aku dan papa dan mama akan bisa tinggal bersama lagi.”
Mengingat hari hari itu, hatiku terasa seperti dijungkir balik lagi dan lagi. Jelas jelas beberapa bulan yang lalu kami masih bersama, namun sekarang aku tak punya cara apa apa untuk berkomunikasi dengannya. Seperti ini saja, memori yang jauh itu perlahan semakin bergerak menjauh—
Aku memeluk Yui erat erat, mataku perlahan menutup, dan berbisik:
“Itu bukan hanya mimpi, aku akan segera menjadikannya kenyataan.”
Karena aku terus memainkan Game begitu lama, biarpun itu hanya pengalaman virtual, otakku merasa lelah dan kelelahan menyerangku seperti martil.
“Selamat malam, Papa.”
Seiring kesadaranku perlahan memudar kedalam kegelapan hangat, suara manis Yui di sisiku terus membuatku nyaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar